CALEG GOLKAR

Belum Ramahnya Jalan Tol Medan-Tebing Tinggi

Tarif Tol Kuala Namu./HB

Sejak diresmikan tiga pekan lalu oleh Presiden Joko Widodo, tol Kuala Namu masih sepi peminat.Padahal, tol tersebut dibangun supaya pengendara dapat memperpendek waktu dan jarak dari Medan-Tebing Tinggi.

Pintu Gerbang Tol Kuala Namu

Pintu Gerbang Tol Kuala Namu/HB

Memang,akses menuju jalan tol belumlah gampang.Belum ada akses langsung dari tol Balmera (Belawan-Medan-Tanjungmorawa) ke pintu masuk dan keluar tol Kuala Namu. Pengendara harus bersusah payah dulu setelah keluar dari Tol Balmera dan melewati jalan umum ke arah Bandara Kuala Namu, yang pada saat tertentu ramai dengan kendaraan.

Rabu, (1/11), kru Medanbicara.com mencoba menjajal tol baru tersebut. Saat pintu masuk, pengendara diharuskan menempelkan kartu e-tol di gerbang masuk. Beberapa meter berjalan dari pintu masuk, kami disajikan pemandangan yang mengagumkan. Jalan tol yang panjang membelah persawahan dan kelapa sawit.

Jalan mulus dan tol yang sepi, memancing sebagian pengemudi menekan terus pedal gasnya. Sayang, kami tidak bisa sampai ke pintu keluar tol Tebing Tinggi. Karena alasan belum siap, pintu terakhir tol ini hanya sampai pada pintu Tol Sei Rampah yang berada di Desa Pon, Kabupeten Serdang Bedagai. Kami mencatat, waktu tempuh kami antara Medan dan Sei Rampah adalah 25  menit dengan kecepatan 100 km/jam dengan jarak sekitar 26 km. Bandingkan ketika kami kembali ke Medan melalui jalan lintas Sei Rampah-Medan, waktu yang kami tempuh selama 1 jam. Itupun belum sampai Medan, baru di Lubuk Pakam, ibukota Kabupeten Deli Serdang dengan jarak tempuh 45 km. Masih perlu sekitar 1 jam lagi menuju Medan. Kami pun hanya bisa menggeber kecepatan rata-rata 70 km/jam karena jalanan ramai dengan truk besar, bus dan kendaraan pribadi. Tentunya riskan dan membahayakan jiwa kalau kami memaksakan diri memacu mobil dengan kecepatan rata rata 100 km/jam.

Belum Ramah

Ada beberapa kondisi yang kami amati penyebab jalan tol Medan-Sei Rampah-Tebing Tinggi belum favorit menjadi pilihan pengendara. Walaupun menawarkan jarak dan waktu tempuh yang singkat.

Yang pertama, tarif masih dirasakan sebagian besar pengemudi relatif mahal.Untuk kendaraan yang kami gunakan (golongan I), jalan tol mengenakan tarif dari Medan-Sei Rampah sebesar Rp41ribu. Sedangkan golongan II bus dan truk kecil dikenakan biaya 61.500. Sedangkan kendaraan yang lebih besar seperti truk dengan gardan 3, 4 dan 5 dikenakan masing masing Rp 82.000, Rp102.000 dan Rp122.500.

Iwan Daulay, salah satu pengemudi truk mengaku tarif tersebut masih terlalu mahal buat mereka. Walaupun bisa menghemat waktu dan jarak, uang sebesar Rp102.000 sekali masuk tol tidak ramah di kantong. Uang tersebut lebih bagus digunakan untuk operasional lainnya seperti untuk uang makan. Karena itu, sampai saat ini Iwan masih memilih jalan biasa yang dilaluinya, walaupun ia mengakui kendaraannya salah satu penyebab pengendara lain tidak bisa berlari kencang.

Begitupun dengan pengendara angkutan umum lintas kabupaten dan provinsi. Bagi mereka, jalan tol belum menjadi pilihan, karena selain mahal, tidak bisa menaikan dan menurunkan penumpang. Padahal jalan lintas Medan-Sei Rampah-Tebing Tinggi adalah pelintasan untuk mencari penumpang yang bisa memberikan mereka pemasukan. Hanya bus-bus angkutan umum kelas eksekutif yang nampak melintasi jalan tol Medan-Sei Rampah. Karena mereka memang dilarang menaikan penumpang di jalanan.

Begitu pun dengan sebagian pengendara mobil pribadi. Umar, salah seorang PNS yang bekerja di Kabupaten Serdang Bedagai, namun tinggal di Medan, mengaku lebih memilih jalan biasa, karena tidak memberatkan kantong."Walaupun cepat dan semakin dekat, kalau mengeluarkan Rp82 ribu perhari berat juga lah bos," kata PNS Golongan IIIC ini kepada medanbicara.com.

Selain mahal, kami juga melihat jalan tol Medan- Sei Rampah-Tebing Tinggi belum selesai seluruhnya. Fasilitas keamanan seperti pagar pembatas dan lampu penerangan masih banyak yang belum terpasang. Sehingga bila mobil pengendara melintir karena terlalu cepat melaju, kemungkinan besar bisa langsung masuk ke sawah yang berada di pinggir jalan tol. Pengendara pun agak sedikit seram bila melewati jalan tol di malam hari karena belum ada lampu penerangan sehingga seperti berjalan di gelap-gelapan malam.Hanya melihat lampu mobil sendiri dan sesekali mobil lain, itupun kalau ada yang lewat.

Belum lagi tingkat keamanan yang belum terjamin. Baru-baru ini terjadi pelemparan batu ke mobil yang melewati tol. Akibatnya 2 mobil sempat mengalami pecah kaca depan dan samping. Walau pelakunya sudah tertangkap, tidak menutup kemungkinan kejadian berulang. Pasalnya, sebelah luar sepanjang jalan tol hanya ada sawah dan kelapa sawit, yang menyulitkan petugas memantau keamanan pengendara.(HB)

Jalan Tol Kuala Namu

Jalan Tol Kuala Namu tanpa pagar pembatas/HB

Jalan Tol Kuala Namu masih sepi sekali

Jalan Tol Kuala Namu masih sepi sekali/HB

kuala 3

Mungkin Anda juga menyukai