CALEG GOLKAR

Miris! Ibu Ini Minta Uangnya di Yayasan Sari Asih Nusantara Dikembalikan Untuk Berobat Anak Kena Hidrocepalus, Tapi…

Zefanya dan ibunya Salonika. (man)

DELI SERDANG (medanbicara.com)–Daniel Munton Simanjuntak (42) dan isterinya Salonika boru Sibagariang (38) hanya pasrah melihat kondisi anaknya Zefanya Simanjuntak (11) yang mengidap penyakit hidrocepalus sejak lahir.

Dua kali operasi tak membuat Zefanya anak kedua dari empat bersaudara itu kian membaik. Kondisi fisik pria yang sempat duduk di bangku kelas II SD itu makin parah. Kedua mata Zefanya membesar.
“Anakku sudah dua kali operasi, pertama di RSU Pekanbaru dan kedua di RSUP Adam Malik,” sebutnya.

Perjuangan Salonika dan suaminya untuk menutupi biaya berobat anaknya tidak mudah. Salonika mencoba berupaya mengurus KIS (kartu Indonesia Sehat) tapi tak ditanggapi Pemerintah Desa Pasar Melintang dengan alasan jika neneknya Zefanya termasuk orang kaya.

Salonika pun merasa sedih mendengar alasan aparat Desa Pasar Melintang itu. Tapi tekadnya untuk mengobati anaknya tetap kuat. Zefanya pun didaftarkan menjadi peserta BPJS Kesehatan Mandiri. Agar hasil operasi bagus, Salonika terpaksa membeli opat paten dari luar sesuai dengan arahan dokter berikut selang sun pipisan. Meski operasi kedua sudah berlalu, tapi Zefanya tetap disarankan minum obat.

Namun kini Salonika pusing tujuh keliling untuk mencari uang perobatan anaknya. Penghasilan warung kopi tak cukup untuk selalu membeli obat anaknya. Untuk membantu membeli obat, maka Salonika mendatangi Yayasan Sari Asih Nusantara.

Salonika boru Sibagariang (38) tak dapat menahan sedih. Wanita beranak empat warga Dusun IX Kelapa Tinggi, Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang harus meneteskan air mata di depan Ketua Yayasan Sari Asih Nusantara, Ir Rusmani Manurung, agar uang simpanan sebesar Rp4 juta di Yayasan itu dikembalikan seutuhnya.

Namun air mata Salonika tak berpengaruh bagi Rusmani Manurung. Anggota DPRD Deli Serdang ini hanya dapat mengembalikan uang Salonika sebesar Rp50 persen atau sebesar Rp2 juta. Rusmani Manurung pun beralasan jika pengembalian sebesar 50 persen itu berdasarkan kesepakatan bersama antara anggota dengan yayasan yang berdiri sejak 1988 dan memiliki 26 kantor cabang itu.
“Tolonglah Bu uangku dikembalikan sepenuhnya karena aku mau bawa anakku yang mengidap penyakit hidrocepalus untuk berobat,” sebut Salonika, di kantor Yayasan Sari Asih Nusantara di Griya Bakaran Batu di Dusun Setia Budi, Desa Tumpatan, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Kamis (26/7/2018) siang

Meski sudah meneteskan air mata tapi Rusmani Manurung menyebutkan jika sesuai kesepakatan tertulis uang keanggotaan yayasan bisa diambil sesuai kontrak kesepakatan. Jika kesepakatan selama 3 tahun atau 36 bulan maka uangnya dapat dikembalikan sebesar 50 persen dari jumlah simpanan.

Sedangkan simpanan uang Salonika atas nama anak kandungnya Geisha Gatisca Simanjuntak sebesar Rp 4 juta dengan rincian Rp200 ribu per bulan selama 20 bulan.

“Kan sudah ada kesepakatan jika menunggak enam bulan maka diberikan waktu 3 bulan untuk memulihkan pelunasan setoran simpanan. Kontrak ibu pun tidak penuh selama tiga bulan tapi karena kebijakan maka kami mengembalikan uang ibu sebesar Rp2 juta atau 50 persen dari jumlah simpanan,” jawabnya

Walau hatinya berontak, tapi mau tak mau Salonika harus menerima uang simpanannya yang hanya dikembalikan 50 persen itu. Ternyata bukan hanya Salonika saja yang mendatangi kantor Yayasan Sari Asih Nusantara yang kantornya juga ada di Jalan Bilal Ujung Nomor 10 Komplek Villa Harmonis Medan. Meri boru Sianipar dan Remina boru Situmorang keduanya warga Dusun VII Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam juga datang untuk meminta uang simpanannya dikembalikan

“Bulan ini saja uang anggota untuk di Kecamatan Lubuk Pakam yang akan dikembalikan sebesar Rp 1,9 miliar. Keseluruhan uang anggota yang sudah dikembalikan berkisar Rp50 miliar. Badan usaha ini berbentuk Yayasan sehingga pada kesepakatan tertulis dermawan bukan nasabah. Kita tidak pernah memberitahukan kepada anggota yayasan kegunanaan uang simpanan anggota. Kita tidak memerlukan akunting publik untuk mengaudit karena penghasilannya dibawah Rp 10 miliar per bulan,” sebut Rusmani Manurung. (man)

Mungkin Anda juga menyukai