CALEG GOLKAR

Pembegal Loei Wie Loen Ditembak Mati, 1 Ditembak Kaki, 2 Lagi Akan Diburu Sampai ke Ujung Dunia

Kombes Pol Dadang Hartanto memperlihatkan foto terduga pelaku yang ditembak mati. (ist)

MEDAN (medanbicara.com)– Personel Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan berhasil meringkus satu terduga pelaku begal terhadap Loei Wie Loen (66). Pria Tionghoa itu meregang nyawa dengan sejumlah luka setelah ditemukan terkapar bersimbah darah di kawasan Jalan MT Haryono Medan Timur, Rabu (18/7/2018) lalu.

Sementara itu, satu orang yang masih terkait dengan kompolotan itu ditembak mati oleh polisi. Hal itu diungkapkan Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Dadang Hartanto, didampingi Kasat Reskrim AKBP Putu Yudha Prawira, dalam paparan di di Mapolrestabes Medan, Jumat (3/8/2018) sore.
“Keberhasilan penangkapan itu tidak terlepas dari pengembangan dilakukan petugas untuk meringkus anggota komplotan begal,” kata Dadang.
Satu terduga pelaku perampokan pedagang mie pansit itu adalah, Muhammad Arif Lubis (27), warga Jalan Brigjen Katamso. Jefri Sitorus, warga Kampung Baru yang beraksi bersama Arif, akhirnya ditembak mati oleh polisi.

Sementara rekan mereka lainnya berinisial A dan Ramadhan Manalu, warga Medan Barat, saat ini masih buron. Dijelaskan Kombes Dadang, saat itu Arif dan Jefri sebenarnya gagal merampok A Loen setelah pria Tionghoa itu terjatuh dari sepeda motornya.

A Loen yang terkapar kemudian ditinggal begitu saja oleh mereka. Namun, tak lama berselang, datang dua orang mencuri motor dan uang milik A Loen. Mereka adalah Rahmat Sinaga (37), warga Kampung Aur. Ia mencuri dompet berisi uang Rp200 ribu milik A Loen.

Kemudian seorang pengemudi Betor berinisal B, mencuri motor Honda Supra, BK 2902 KM, milik pria Tionghoa itu lalu menjualnya di tempat penampungan barang bekas seharga Rp450 ribu.
B akhirnya ditembak polisi pada kaki.

“Rahmat datang bukannya membantu, tapi mencuri uang milik korban yang telah terkapar di Jalan MT Haryono,” sambung Dadang.

Dengan begitu, ada dua tersangka utama yang masih diburu. Selain itu, polisi juga mengejar penadah sepeda motor milik A Loen yang sudah dipreteli.

“Kami minta yang bersangkutan Ramadhan Malau dan A agar menyerahkan diri untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalau tidak menyerahkan diri akan diberikan tindakan tegas oleh petugas Polrestabes Medan,” tegas Dadang.

Dadang menyebutkan, bahwa Ramadhan merupakan seorang residivis di Kota Medan.

“Dia akan diburu hingga ke ujung dunia,” bebernya.

Jajaran Polrestabes Medan juga mengharapkan masyarakat agar melaporkan keberadaan Ramadhan yang diduga sudah kabur dari Kota Medan. “Aksi begal harus ditindak tegas,” tandasnya.

Lebih lanjut Kombes Dadang menjelaskan, bahwa komplotan begal sadis ini terlibat aksi penjambretan yang mengakibatkan seorang korbannya terluka parah setelah terjatuh dan terseret di aspal jalan sejauh beberapa meter saat hendak mempertahankan tas miliknya dari rampasan pelaku.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polrestabes Medan AKBP Putu Yudha mengungkapkan, Jefri ditembak mati karena menyerang petugas yang membawanya saat melakukan pengembangan mencari barang bukti kejahatan pelaku.

“Tersangka terpaksa ditembak karena melukai personel. Personel kita mengalami luka sabetan senjata tajam di tangan kiri,” kata Putu Jumat (3/8/2018) siang.

Pengungkapan kasus ini, sambung Putu, berawal setelah penyelidikan mereka atas laporan jambret yang dialami oleh, Helmina Romita Sipayung (30), warga Jalan Malaka, Gang Saudara, Medan Perjuangan. Helmina yang berprofesi sebagai guru ini dijambret ketika menumpangi ojek online saat melintas di Jalan Candi Biara, Petisah Tengah atau di belakang Hotel Adi Mulia, 24 Juli 2018 lalu.

Saat itu, Jefri menggasak tas Helmina hingga dia terjerembab dari atas boncengan motor. Kejadian ini kemudian dilaporkan ke polisi yang kemudian melakukan penyelidikan.

Sekitar lima hari kemudian, kata Putu, polisi berhasil menemukan HP milik Helmina yang digasak pelaku. HP merek Oppo itu ternyata telah berpindah tangan ke seorang perempuan bernama Fauziah.

Ketika diinterogasi, Fauziah mengaku bahwa HP itu ia beli dari Muhammad Arif seharga Rp1 juta. Polisi pun mengejar Arif, yang kemudian diringkus tak lama berselang. Kepada polisi, Arif mengaku penjambretan di Jalan Candi Biara dilakukannya bersama dengan Jefri Sitorus. Jepri pun kemudian diringkus di Jalan Balaikota dan selanjutnya terpaksa diberi tindakan tegas karena menyerang petugas saat pengembangan. (mdc)

Mungkin Anda juga menyukai