CALEG GOLKAR

Bobby Nasution Berkolaborasi dengan Kelompok Cipayung Membentuk Ikon Kota Medan

MEDAN (medanbicara.com) – Gerakan #KolaborasiMedanBerkah terus melebarkan jangkauan. Kali ini, gerakan yang digagas Bobby Nasution tersebut berkolaborasi dengan Kelompok Cipayung Medan dalam membentuk ikon Kota Medan.

Kelompok Cipayung Medan yang dimaksud terdiri dari 5 (lima) organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia, antara lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

Komitmen untuk berkolaborasi dijalin kedua pihak saat menggelar dialog di Kafe Rumah Pohon, Jalan Sei Belutu, Medan, Jumat (10/7/2020) sore. Hadir pula dalam diskusi tersebut akademisi UIN SU (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara) Faisal Riza dan akademisi Universitas Sumatera Utara (USU) Faisal Mahrawa.

Dalam kesempatan itu, Bobby Nasution menyampaikan bahwa maksud diskusi ini bukan untuk mengajari rekan mahasiswa. Justru lewat diskusi ini dapat diperoleh aspirasi dan masukan dari sudut pandang aktivis mahasiswa.

Dalam prolognya, Bobby Nasution membahas terkait kiprahnya di ibukota atau beberapa tempat yang pernah disinggahi atau ditinggali. Menjawab keraguan terkait domisili, justru kiprah Suami Kahiyang Ayu di luar Medan menjadi nilai plus.

“Bukan sembarang di perantauan, tapi saya punya sesuatu yang akan saya terapkan di Medan kelak,” kata Ayah Sedah Mirah Nasution itu.

“Dari diskusi kita ini akan ada yang kita jadikan program bersama nantinya,” sambung alumni S2 Agribisnis IPB yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) pusat itu kepada mahasiswa yang duduk di hadapannya.

Faisal Riza yang juga pengamat politik dan pemerintahan mengatakan, Kota Medan sudah selayaknya punya ikon yang akan mudah menggambarkan Kota Medan itu sendiri.

Dulu, Medan jelas disebut sebagai kota terbesar ketiga di tanah air. Hari ini hal itu sebatas besar karena ukuran wilayah. Dulu ada tokoh sekaliber Adam Malik yang pernah jadi wakil presiden RI.

“Saya kira dari situlah nama besar Medan sebagai tiga besar nasional menjadi tenar dan dicap sebagai salah satu ikon di masa itu,” kata Faisal Riza.

Faisal Riza pun menyebut dahulu, Medan ini sebagai tanah persinggahan tokoh-tokoh besar nasional. Mulai ulama mulia Buya Hamka, hingga Sjahrir pernah berkarya di Medan.

“Saya senang, sekarang tokoh yang sudah besar di ibukota pulang ke Medan untuk membangun,” lanjut Faisal Riza.

Kembali ke Kelompok Cipayung, Ketua Umum HMI Cabang Medan, Akbar M. Siregar memulai diskusi dengan cukup bersemangat.

Akbar bersama rekannya berkata mereka telah lama menyampaikan kepada stakeholder soal identitas Kota Medan. Menurut penelitian mereka, Masyarakat Medan butuh ruang hiburan bermanfaat.

Kelompok Cipayung berharap ada satu ide untuk mencari ikon Kota Medan, bukan hanya ikon tapi bisa menghidupi warga Medan. UMKM mesti dipikirkan sebab dalam potensi keramaian yang ada di Medan, terkesan hanya menguntungkan pengusaha besar, yg kecil minim perhatian.

“Kita inginkan ikon kota yang mampu hidupkan aktivitas UMKM sebagai aktivitas ekonomi warga,” kata Akbar.

Di samping itu, masyarakat Medan inginkan pula ikon yang mengandung nilai budaya di dalamnya. Ada pula nilai seni di ikon Kota Medan. Terpenting nilai wisata mesti ada, sebagai destinasi orang-orang yang akan datang ke Medan.

“Dari diskusi ini kami yakin Bang Bobby bisa mewujudkannya. Kami ingin ada blue print atau simposium yang bisa diterapkan. Itu akan memudahkan kerja Bang Bobby ke depan, dan kami siap membantu,” lanjut Akbar.

Bobby pun menjawab hal yang dipaparkan Akbar sebagai suatu yang memang harus diusahakan.

“Bicara penciptaan ikon kota memang harus ada geliat hidup-menghidupkan. Kita akan usahakan ikon itu mencakup aspek ekonomi di dalamnya. Maka itu saya ajak kalian dari kalangan muda untuk ikut berkolaborasi bersama kami,” papar Bobby.

Sementara Ketua Umum GMNI Cabang Medan Yesra Umar Hasibuan dan Ketua Umum PMKRI Cabang Medan Ferdinandus Manik kompak menyebutkan, selama ini kreativitas anak muda kurang mendapat wadah.

“Kami ingin Bang Bobby mewadahi anak muda untuk pembangunan,” timpal Ferdinandus.

“Maka dari itu kolaborasi dengan anak muda memang sangat penting untuk pembangunan dan perbaikan kota,” tegas Yesra.

Menjawab hal itu, Bobby mengatakan sempat melakukan kunjungan ke Kabupaten Banyuwangi untuk belajar. Di sana, pemerintah setempat berhasil menggandeng anak muda untuk menciptakan pembangunan kreatif. “Hal itu sangat mungkin diterapkan di Medan,” kata Bobby.

Menyudahi diskusi, Faisal Mahrawa menyimpulkan highlight diskusi tersebut dengan inti bahwa Bobby Nasution inginkan kreasi inovasi dalam upaya membenahi Kota Medan.

“Caranya dengan mengalihkan energi positif anak muda kepada hal-hal yang positif pula. Insya Allah akan ada jalan untuk niatan baik,” pungkas Faisal Mahrawa. (rel)

Mungkin Anda juga menyukai