CALEG GOLKAR

Pengakuan Ibu Hamil Yang Selamat, Kata Terakhir Suaminya Sebelum Tenggelam Bikin Miris

Sri Santika (26). (yaf/tsn)

SIMALUNGUN (medanbicara.com)- Hingga saat ini ratusan penumpang KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba masih terus dicari. Banyak cerita sedih yang tidak bisa dilupakan para korban selamat dan keluarga korban.

Seperti halnya yang dikatakan Sri Santika (26), warga Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara itu hendak pergi ke Air Terjun Sampuren Efratta di Kabupaten Samosir. Dia dan suaminya pergi bersama delapan rekan suaminya.

“Yang selamat cuma saya sendiri mas,” kata Sri memulai kisahnya.

Sebelum kejadian, Sri dan suaminya Muhammad Irfan berada di lantai tiga kapal. Kapal itu sempat oleng beberapa kali karena ombak yang tinggi. Hanya selang beberapa menit, kapal langsung terbalik ke arah kanan.

“Kami pun jatuh, kami coba berenang. Saya suruh suami saya buka sepatunya buka jaket dia supaya nggak susah berenang,” kata Sri sembari sesunggukan.

Suaminya pun mulai menangis saat itu. “Kayak mana kita ini,” kata Sri menirukan ucapan suaminya.

Sri dan suaminya itu sempat memegang lambung kapal yang terbalik. Dia juga melihat banyak orang yang mencoba naik ke atas kapal.

“Setelah dia bilang gitu, ombak kuat datang. Suami saya hilang,” ungkapnya.

Sri yang mulai kebingungan, sempat terbawa arus dan masuk ke air. Dia sudah membuka jilbab, jaket dan sepatunya supaya bisa berenang.

“Banyak korban yang narik saya. Rambut sama kaki saya ditarik. Habis itu saya berenang, rasanya jauh kali. Hampir lima meter, trus saya berenang ke atas,” ungkap dia.

Di permukaan, Sri mendapat sebuah helm yang kemudian jadi pelampungnya. Setelah setengah jam mengapung, lewatlah sebuah kapal feri. Namun cerita belumlah usai. Setelah awak kapal feri melemparinya pelampung, bukannya menolong mereka malah bergegas meninggalkan Sri.

Selang 15 menit kemudian, lewatlah kapal feri kedua. Kapal itu juga melempari pelampung. Sayangnya, Sri tidak mampu menggapai pelampung yang dilempar karena terlalu jauh. Dia melihat ada laki laki yang mendapat pelampung.

“Saya minta tolong sama laki-laki itu. Saya bilang saya lagi hamil,” imbuhnya.

Sri memang diketahui sedang mengandung tiga bulan. Itu juga yang membuatnya sedih karena anak pertamanya bakal lahir tak berayah. Laki-laki itu pun mendatangi Sri yang sudah lemah karena berbadan dua. Mereka kemudian memegang helm dan pelampung agar tetap bisa mengapung.

Selang 15 menit dari itu, sebuah kapal kecil datang. Mereka pun di angkat ke atas kapal dan dibawa ke Pelabuhan Simanindo, Samosir. Dia menghitung, ada sekitar 11 orang yang ikut bersamanya.

Tak jauh berbeda dengan Nasib Roni Siadari. Roni merupakan penumpang yang berhasil selamat juga. Namun saat kapal karam, Roni tidak memegang apapun. "Dalam pikiran saya, cuma bagaimana saya bisa selamat," ujar pemuda 17 tahun itu.

Dari Samosir, Roni ingin pulang ke Tigaras bersama lima temannya. Dari seluruhnya, hanya Roni dan satu rekannya yang selamat. Itu pun karena mereka terus berenang.

"Kami selamat karena ada kapal Cinta Damai yang lewat," ujarnya.

Korban selamat lainnya, mengungkapkan cerita berbeda. Tiambun Siyaniah Situmorang, 16, asal Kota Aek Kanopan bercerita sewaktu jatuh ke air, ia seperti melihat cahaya. "Kuikuti cahaya itu. Seperti mukjizat Tuhan. Saya naik ke atas," ujarnya.

Tiambun juga sempat naik ke kapal yang posisinya sudah terbalik. Dia mencari kakaknya Indah Juwita Saragih, 20 dan Adiknya Tamaria Oktavia Napitupulu, 15. Malangnya, ketika dihempas ombak dia dijatuhkan oleh orang yang juga ingin naik ke kapal.

"Aku lawan. Mengapung-ngapunglah begitu. Baru aku lihat ada yang pandai berenang jadi kupegang tangannya. Dia bilang aku pakai kaki dia pakai tangan," ujarnya.
Lalu mereka merapat ke korban yang memegang pelampung. Sehingga mereka bisa selamat. Di kapal, Tiambun duduk di lantai 3. Diatas kapal dia memang sudah curiga dengan kondisi kapal yang disesaki orang dan sepeda motor di lantai bawah. Waktu itu, ia hendak menuju ke Samosir.

"Dari awal sudah miring sebelah kanan. Ada juga yang banyak duduk di lantai. Ada juga yang berdiri," pungkasnya.

Hingga kini pencarian korban terus dikebut Tim SAR Gabungan. Data terakhir menunjukkan ada 18 korban selamat dan 3 meninggal dunia. Teranyar Tim SAR telah menemukan dua titik objek diduga KM Sinar Bangun. Objek ditemukan di kedalaman 450 meter. Jarak objek diperkirakan 3,5 Km dari pelabuhan. (yaf/tsn)

Mungkin Anda juga menyukai