CALEG GOLKAR

Plt Sekda Pimpin Rapat Perdana TPID Kota Pematangsiantar Tahun 2017

Reinward: “Butuh Terobosan dan Komitmen Lintas Sektoral Guna Menekan Inflasi”

Pematangsiantar (medanbicara.com) – Selama bulan Desember 2016 lalu, terjadi inflasi sebesar 0,54 persen, atau terjadi Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 131,36 pada bulan November menjadi 132,07 pada Desember 2016. Inflasi ini terjadi akibat kenaikan harga 7 kelompok pengeluaran pokok, yakni: bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olahraga; transport, komunikasi (pulsa) dan jasa keuangan.

Kenaikan IHK setiap akhir tahun masih wajar, mengingat perayaan Natal dan Tahun Baru. Namun memasuki minggu ke III Januari 2017, sejumlah komoditas telah mengalami penurunan harga, terutama cabai merah, bawang dan cabai rawit. Diharapkan, inflasi bisa stabil sehingga aktivitas perekonomian di Kota Pematangsiantar berjalan baik. Hal tersebut mengemuka dalam Forum Rapat Teknik Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Kamis pagi (19/1) di Gedung Bank Indonesia (BI) Jalan Adam Malik.

Rapat perdana TPID Pematangsiantar tahun 2017 ini, dibuka Plt.Sekda, Ir.Reinward Simanjuntak,MM selaku Ketua TPID didampingi Wakilnya Elly Tjan (Kepala Perwakilan BI Pematangsiantar) dan Sekretaris, Drs.Pardamean Silaen,M.Si (Plt. Asisten II). Juga hadir Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Pematangsiantar, Ir.Sawaluddin Naibaho,M.Si, Perwakilan Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre II, Rinaldi, perwakilan PT. Pertamina Dedy Suheri, perwaklan PT. PLN M.Faid. Dari  Pemko Pematangsiantar hadir Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Ir. Robert Pangaribuan, Plt.Kabag Perekonomian, Andri SE, Plt.Kabag Humas Jalatua Hasugian, serta dinas lainnya.  

Guna menekan dan mengendalikan laju inflasi, Reinward mengharapkan agar Pemko Pematangsiantar bersama instansi vertikal terkait, harus komit dan berani membuat terobosan baru, misalnya bagaimana mengembangkan pertanian organik guna memenuhi kebutuhan cabai merah, bawang atau bumbu-bumbuan lainnya yang kerap memicu kenaikan inflasi. “Selain itu, kita harus segera memperbaiki sinergitas kebijakan-kebijakan prioritas lintas sektoral, agar pengendalian harga tetap stabil, pasokan tersedia serta distribusinya ke konsumen terjamin lancar,”katanya.

Sementara itu, Elly Tjan mengatakan, ketika bulan Desember 2016 lalu, harga cabai merah yang kerap memicu inflasi, melonjak drastis di sejumlah daerah di Indonesia, di Kota Pematangsiantar malah stabil. “Bahkan harganya dibawah Rp50 ribu/Kg dan stoknya cukup. Hal ini terjadi karena pasokan cabai merah kita yang disuplai dari Simalungunn dan Batubara cukup. Namun hal ini harus menjadi perhatian kita, jangan sampai daerah lain membeli dari kedua daerah ini dengan harga tinggi, sehingga kita kekurangan pasokan,”katanya.

Pihak BPS, Bulog, PLN dan Pertamina juga memaparkan laporan akhir tahun 2016 serta kesiapan-kesiapan program antisipasi kenaikan harga tahun 2017, khususnya saat ini menjelang perayaan Tahun Baru Imlek. Kepala Bulog, Rinaldi menegaskan, pihaknya saat ini memiliki stok beras sebanyak 3.200 ton dan gula sebanyak 48 ton, yang diperkirakan stok 3 bulan ke depan.

Pihak Pertamina menjamin bahwa pasokan gas dan bahan bakar minyak untuk Pematangsiantar dan Simalungun cukup. Dari 22 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tersebar di kedua daerah ini, rata-rata per bulan, pemakaian premium sekitar 7.171 ton sedangkan biosolar sekitar 5.472 ton. “Meskipun ada kenaikan harga pertalite dan pertamax, sejak 10 Januari 2017 lalu, namun tidak sampai mengganggu inflasi,”ujar Dedy.    

Pemandu diskusi, Plt. Kabag Perekonomian, Andri meminta agar PT.PLN tidak kerap memadamkan listrik saat jam sibuk. Karena hal ini sangat mengganggu produksi berbagai usaha yang bisa memicu inflasi. Apalagi saat ini PT.PLN tengah mencabut subsidi pada pelanggan 900 VA. “Jangan sampai konsumen terlalu banyak dirugikan akibat seringnya pemadaman listrik, sementara denda tetap diterapkan,”katanya.

Pihak PLN mengakui, akhir tahun 2016 lalu PLN kerap melakukan pemadaman bergilir. Hal ini diakibatkan karena adanya pembangunan pembangkit dan jalur transmisi, adanya gangguan pada pusat pembangkit tenaga uap di Belawan. Namun hal itu diharapkan bisa segera teratasi pada awal tahun 2017 ini. “Khusus penyesuaian tarif listrik, sebenarnya dari sebanyak 40.740 rumah tangga pelanggan 900 VA, tidak seluruhnya non subsidi. Kami tetap mempertimbangkan subsidi kepada pelanggan tak mampu berdasarkan data yang ada,”ujar M.Faid. (rel).

Mungkin Anda juga menyukai