CALEG GOLKAR

Wanita Ini 15 Tahun Menambang Pasir Untuk Biayai 6 Orang Anaknya

Ibu Boru Sitompul saat menumpuk pasir di sungai Sigeaon. (Darwin Manalu)

TAPUT (medanBicara.com)-Sungguh luar biasa niat dan ketangguhan Ibu Boru Sitompul ini. 15 tahun bekerja sebagai penambang pasir di Sungai Aek Sigeaon Tarutung dengan cara manual, untuk menafkahi keluarga. Suaminya bekerja sebagai sopir angkot, tidak sanggup untuk membiayai kehidupan keenam orang anaknya.

Ibu ini selalu ditemani putri sulungnya ikut menambang pasir sepulang sekolah. Saat ini putri sulungnya duduk di bangku SMA kelas II. Sementara ketiga anaknya masih duduk di bangku SMP dan dua orang lagi belum sekolah.

Kepada wartawan ibu paruh baya ini bercerita, tahun 2004 mulai bekerja sebagai penambang pasir.

“Sudah 15 tahun lamanya, tidak terasa bekerja sebagai penambang pasir sungai. Namanya juga bekerja untuk menafkahi keluarga. Suami saya (Marga Sianturi) pekerjaannya sebagai sopir angkot. Saya rasa tidak cukup untuk menghidupi kami,” tuturnya penuh senyum.

Tantangan itu selalu ada, dia harus siap dengan risiko itu. Kalau cuaca tidak mendukung, tidak bisa bekerja. Dia juga harus mampu bersaing dengan penambang pasir lainnya.

“Kita tidak mampu bersaing dengan pengusaha pasir yang menggunakan mesin. Kalau mereka persis di samping kita, kita harus mengalah dan mencari tempat lagi,” katanya.

Dari pengakuan ibu itu, kalau bekerja mulai pagi hari jam 08.00 Wib hingga pukul 17.00 Wib dapat menimbun pasir sekitar 6 meter kubik. Artinya, dapat meladeni 2 mobil truk per harinya. Itupun sudah dibantu putri sulungnya.

Berarti ibu itu bisa berpenghasilan Rp160 ribu per harinya. Karena satu mobil truk ditaksir sebesar Rp80 ribu.

“Itupun melihat situasi, kadang per harinya satu mobil pun tidak ada yang datang. Tidak ada uang untuk dibawa pulang ke rumah,” katanya.

“Saya harus terus banting tulang untuk bisa menumpuk pasir sebanyak-sebanyaknya. Anak- anak sudah banyak kebutuhan. Saya harus berdoa supaya tidak sakit. Bekerja untuk mencari uang, itulah prinsip hidup saya. Anak- anak saya harus bisa dinafkahi,” tegasnya.

Pantauan wartawan, sepanjang bantaran Sungai Sigeaon banyak penambang pasir manual, juga penambang pasir dengan menggunakan mesin.

Para penambang pasir manual harus turun ke sungai untuk mengorek pasir lalu naik lagi ke tepi sungai untuk menumpuk pasirnya.

Kalau musim kemarau berkepanjangan, para penambang pasir manual sangat kewalahan dikarenakan pasir sedikit, sungai mulai surut bahkan kering.

Para penambang pasir yang menggunakan mesin tidak pusing, sebab sudah terlebih dahulu menumpuk pasir sebanyak-banyaknya.

Kalau diamati perbandingannya sangat jauh tertinggal para penambang pasir manual dengan penambang pasir menggunakan mesin.

Kalau penambang pasir manual, harus mengisi truk dengan sekop. Kalau penambang pasir menggunakan mesin langsung mengisi mobil truk dengan selang. Di situlah jauh tertinggal penambang pasir manual.

"Apalah mau dikata, mereka kan banyak uang, bisa beli mesin. Kalau kami tidak sanggup membeli mesin, karena nggak ada uang. Kalau niat membeli mesin ada, tapi sampai kapan bisa mengumpulkan uang puluhan juta untuk beli mesin," terang ibu itu. (win)

Mungkin Anda juga menyukai