CALEG GOLKAR

Vice Presiden PT KAI Divre Sumut : Tekankan Disiplin dan Kerja Keras

Cita-citanya dulu adalah menjadi ahli agama atau ustadz atau penceramah agama. Namun, siapa yang menyangka kemampuannya mengkotak-katik mesin membawa nasibnya bekerja di salah satu perusahaan milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Adalah, Aslikan, pria kelahiran Mojokerto, 13 Januari 1962 ini tidak pernah terpikir bekerja di PT KAI. Apalagi, menjabat sebagai Vice Presiden di PT Kereta Api Indonesia, seperti saat ini. Namun, karena saran dari orangtua dan kebetulan saat itu mendapatkan pekerjaan tidaklah mudah, akhirnya Aslikan mengikuti seleksi perekrutan pegawai baru di PT KAI tahun 1984.

Karena kemampuan dan kepercayaan dari pimpinan serta kehendak sang Ilahi, jabatan itu berada ditangannya saat ini. Kepada medanbicara.com, diruang kerjanya, Aslikan menuturkan, namun jabatan yang ia emban saat ini bukanlah jabatan yang mudah diraihnya. Semuanya ia dapatkan benar-benar dari nol. Ia mengawali karirnya dari pegawai biasa tahun 1984. Waktu itu, pertama masuk bekerja di PT KAI, ia hanya menjadi pelaksana tugas biasa yakni, mengurusi lokomotif di wilayah daerah operasi Surabaya dengan gaji yang ia terima hanya Rp41.000 setiap bulannya.

“Dua tahun menjadi pelaksana tugas yang mengurusi lokomotif, saya di sekolahin selama tiga tahun di jurusan tekhnik oleh PT KAI. Setelah itu, saya berpindah-pindah tugas dan bertukar jabatan. Sampai saat ini, mungkin sudah 20 kali saya berpindah-pindah. Pernah menjadi Deputi Ekskutif Vice Presiden di Jember, pernah menjadi senior manager sarana. Dan, saat ini malah saya dipercaya menjadi Vice Presiden PT KAI di Sumut dan NAD. Padahal, tidak pernah terlintas jadi Vice Presiden. Paling dulu hanya bermimpi jadi kepala dipo atau kepala stasiun saja sudah bagus sekali,”kata ayah dari tiga anak ini.

Menjadi Vice Presiden seperti saat ini kata Aslikan, tidaklah mudah seperti yang orang-orang bayangkan. Sebagai pimpinan tertinggi di Divisi Regional PT KAI Sumut dan NAD, ia harus benar-benar mampu mengendalikan semuanya. Dari mulai menyusun program, peningkatan pelayanan kepada penumpang, pencapaian target pendapatan, keselamatan kerja dan penumpang hingga meningkatkan sumber daya manusia (SDM)nya.

“Ada sekitar 1.400an pegawai yang berada dibawah naungan Divre Sumut dan NAD ini. Ada 20 orang manager, 3 orang senior manager dan 1 deputi. Sebagai kordinator dari beberapa pejabat yang ada dibawah saya. Saya harus bisa mengkordinir semuanya, memantau, mengendalikan dan mengevaluasi pekerjaan yang mereka lakukan setiap minggunya. Apakah sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Selain itu juga mengendalikan semua permasalahan yang ada disini.

Setiap bulan saya harus mengikuti rapat ekskutif dan komite di pusat. Lalu menginformasikan kepada pegawai saya,”ujar suami dari Sri Martini ini.

Sebagai pimpinan tertinggi, tentunya Aslikan memiliki target utama yakni, mencapai target pendapatan yang sudah ditargetkan setiap tahunnya. Baginya, selain kerja keras, hal yang paling. Baginya, kedisiplinan sangat menentukan hasil kerja. Orang yang disiplin juga sangat sulit untuk bisa berbohong.

“Jadi, kalau jam kerja dimulai pukul 08.00 wib sampai dengan  17.00 wib. Ya jangan terlambat masuk kantor. Saya sendiri tiba jam 8 pagi. Saya tidak mau menyuruh disiplin kepada pegawai, kalau saya tidak disiplin. Saya harus berbuat dulu baru menjadi contoh. Setelah disiplin masuk kerja, baru disiplin bekerjanya disesuaikan, disiplin pakaian kerja dan keselamatan kerja. Apalagi, bagi seorang masinis kereta api. Dia harus tiba 45 menit sebelum perjalanan kereta api. Karena, masinis harus diperiksa kesehatannya. Kalau tidak sehat harus digantikan orang lain. Tidak boleh ngantuk. Orang kalau tidak disiplin, susah jadinya, bisa bohong dan tidak foķus bekerja. Orang kalau sudah disiplin mau apa saja tidak sulit,”kata Aslikan yang pernah menyelesaikan kasus sengketa asset kereta api di daerah operasi Jogyakarta tahun 2016 yang lalu.

Berinovasi Untuk Tingkatkan Perkeretaapian Di Sumut 

Aslikan sudah mengabdi di PT KAI lebih kurang 33 tahun lamanya. Hal yang paling berkesan selama bertugas adalah saat ia menjabat sebagai Wakil Kepala Daerah Operasi sekaligus Ketua Penertiban Aset di Jogyakarta tahun 2016 yang lalu. Saat itu, ia berhasil mengembalikan asset rumah dinas di daerah operasi Jogyakarta.

“Sebanyak 500 orang yang kita kerahkan saat penertiban asset rumah dinas seluas 5.000 meter persegi milik PT KAI. Setelah ada perselisihan, akhirnya bisa diselesaikan. Saya berada didepan saat itu. Setelah berhasil, rasanya puas dan bangga karena sudah mengamankan asset kereta api,”katanya.

Berbicara tentang prospek perkeretaapian kedepan, Aslikan bertutur, kemajuan perkeretaapian akan semakin pesat kedepannya dan lambat laun pasti akan meningkat dari yang sekarang. Apalagi, kedepannya akan ada jalur layang dan double track (jalur ganda) untuk transportasi kereta api.

“Memang sekarang belum terlihat tahun ini, karena masih dalam proses pembangunan. Seperti, yang nampak saat ini proyek pembangunan jalur layang masih berjalan. Kemungkinan, selesainya akhir tahun 2018 atau pertengahan 2019. Menurut saya prospeknya kedepan luar biasa. Sekarang ini, yang menjadi prioritas adalah  double track untuk jalur Medan ke Kuala Namu,”sebutnya.

Selain itu, untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap transportasi kereta api, Aslikan terus berupaya membuat inovasi-inovasi baru seperti, baru-baru ini ia melakukan kerjasama dengan UMA (Universitas Medan Area), Medan. PT KAI menitipkan promo-promo seperti, banner leaflet dan lainnya. Sebaliknya, dari pihak UMA juga mempromosi universitasnya di stasiun-stasiun kereta api.

“Dengan beberapa vendor kita juga melakukan kerjasama. Misalnya, untuk angkutan barang kita berupaya menjalin kersama dengan vendor-vendor yang mengangkut barangnya seperti, Pertamina, PTPN dan lainnya. Tahun ini kita ditargetkan bisa mencapai pendapatan sekitar Rp273 Miliar dengan target minus Rp 14 Miliar. Sampai saat ini, dari Rp273 Miliar, sudah tercapai Rp222 Miliar atau masih kurang Rp51 Miliar. Harapannya, bisa tercapai sampai akhir tahun ini,”ucap anak ketiga dari tiga bersaudara ini. (eko fitri)

 

Mungkin Anda juga menyukai