CALEG GOLKAR

Kabag Sumda Polres DS Kriminalisasi Warga, Nabrak Pelajar SMP Malah Lari

MEDAN (medanbicara.com) – Semangat Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian yang ingin membuat institusi Polri menjadi Profesional, Modern dan Terpercaya (Promoter), sepertinya masih jauh dari harapan. Masih banyak oknum-oknum polisi yang bersikap arogan dan menakut-nakuti masyarakat dengan pangkat dan jabatan yang disandangnya.

Seperti pada kasus yang dialami Muhammad Afandi (36), warga Jalan Batangkuis-Lubukpakam, No.1, Desa Baru, Kecamatan Batangkuis, Deliserdang ini. Niatnya menolong korban kecelakaan lalulintas (lakalantas) yang melibatkan Kepala Bagian (Kabag) Sumda Polres Deliserdang, Kompol Delami Saleh, malah berakhir penjara bagi Afandi.

Kepada wartawan, Reni (34) menuturkan derita yang dialami suaminya tercinta itu terjadi pada Sabtu, 25 November 2017 lalu, bertepatan dengan Hari Guru dan prosesi Jokowi Mantu.

Pagi itu, sekirajam 07.00 wib, Inka Kristanti (14), warga Jalan Perjuangan 6, Dusun 5, Desa Bintang Meriah, Kecamatan Batangkuis, berangkat sekolah ke SMP Negeri 1 Batangkuis dengan mengendarai Yamaha Force 1 ZR. Sesampainya di Jalan Batangkuis-Lubukpakam, tepatnya di Gang Kamari dekat sebuah klinik, tiba-tiba muncul mobil Toyota Avanza warna putih plat nomor F 1675 NK dari arah belakang dan langsung berhenti mendadak di depan siswi SMP tersebut.

Tak ingin menabrak mobil, Inka Kristanti langsung menginjak rem dan sesaat itu juga berhenti. Inka kemudian belok ke kanan untuk melewati dari sisi kanan mobil milik orang nomor 4 di Polres Deliserdang tersebut.

Nah, di sinilah petakanya. Saat Inka mulai berjalan, tiba-tiba mobil tersebut juga melaju dan menyenggol stang kereta siswi SMP tersebut. Stang kereta berbelok mengenai bagian perut Inka, dia langsung terjerembab dan nyaris tak sadarkan diri, terkapar di aspal.

"Pas itu, suamiku yang baru ngantar anakku sekolah dari dalam Gang Kamari itu keluar. Suamiku naik Vario BK 3582 AEG. Dia nengok ada yang terkapar, dikira suamiku tewas. Karena tak bergerak. Kebetulan ada kawannya di situ, dia minta tolong supaya si Inka dibawa ke klinik, kan ada klinik di situ. Suamiku ngejar mobil yang punya pejabat Polres Deliserdang itu, Kompol Delami Saleh. Yang ngejar ada 4 orang, tapi suamiku dulu yang dapat terus dipalangkannya keretanya di depan mobil polisi itu. Sekitar 600 meter dapatnya, itu didekat Sekolah Al Masdar," tutur Reni

Setelah itu, sambung Reni lagi, polisi tersebut (Kompol Delami Saleh) malah terus melajukan mobilnya dan menabrak suaminya (Afandi) sampai terjatuh. Sementara Kompol Delami masih tetap di dalam mobil.

"Ditabraknya lagi suamiku. Jatuhlah. Terus sempat tengkar mulut suamiku sama polisi itu. Polisi itu bilang, dia mau cepat mau PAM Jokowi. Kau udah nabrak orang, kau salah. Tanggungjawab kau. Kau tabrak lagi aku. Gitu katanya. Terus suamiku emosi, tepukullah jugalah polisi itu sama suamiku, hidungnya berdarah. Habis itu dia selfie, moto pas hidungnya berdarah. Di situ ramai orang, udah dikerubungi polisi itu. Terus, polisi itu bilang gini lagi, aku polisi, kau tengok nanti ya, kau tengok nanti ya! Suamiku jawab, kenapa rupanya kalau kau polisi, kau salah. Kau harus tanggungjawab. Itu mobil polisinya pun kaca lampu belakangnya pecah, bodinya peyot. Gitu dibilang polisi itu pula, si Inka ini yang nabrak mobilnya," tutur Reni menirukan ucapan Kompol Delami Saleh seperti yang diceritakan suaminya.

Lantas, semenit kemudian, seorang personil TNI yang bertugas di Koramil Batangkuis, bernama Muslim. Dia kemudian berinisiatif membawa Kompol Delami ke Polsek Batangkuis.

"Orang Koramil Batangkuis, namanya Muslim bilang sama suamiku, bawa kereta sama helmku ke rumahmu. Biar aku yang bawa bapak ini ke Polsek Batangkuis. Saat itu kan banyak orang, orang-orang nengok ada pakaian polisi di bangku mobilnya, dia pakai baju biasa. Habis dibawa ke Polsek, orang-orang bilang, udah sporing (lari) aja kau, dia itu polisi, nanti malah kau yang disalahkan, bukan dia (Kompol Delami). Itu kata orang-orang di situ," tuturnya.

Saat Kompol Delami dibawa ke Polsek Batangkuis oleh Muslim, personil Koramil Batangkuis, Afandi pun pulang. Dia bercerita ke istrinya, Reni soal kejadian itu. Berselang beberapa saat, Muslim, personil Koramil Batangkuis datang ke rumahnya. Anehnya, Muslim merasa takut menjadi saksi dan menyarankan agar Afandi sporing alias lari, karena pelaku lakalantas tersebut adalah pejabat di Polres Deliserdang.

"Sekitar 45 menit, datanglah orang Koramil itu. Dia bilang supaya suamiku lari. Jadi kubilang, bapak (Muslim) kan bisa jadi saksi. Eh, dia bilang katanya takut. Nggak lama, datanglah beberapa polisi Polsek Batangkuis ke rumah, mau nangkap suamiku. Terus Koramil itu salam-salaman sama polisi langsung pulang. Ya kuhadapi aja polisi-polisi itu, marah-marah, mau nangkap suamiku, kulawani jugalah. Kubilang suamiku udah pergi. Waktu suamiku masih di rumah, kuminta dia nelpon Kepala Desa Baru, Udin panggilannya. Dispeakerkan suamiku hapenya, Udin itu bilang, nggak apa-apa, kau (Afandi) sudah benar, kan lari polisi (Kompol Delami) itu habis nyenggol anak SMP itu. Nanti aku tanggungjawab, gitu kata kades itu," bebernya.

Singkat cerita, atas saran warga dan Muslim, personil Koramil Batangkuis itu, larilah Afandi ke Kutacane di rumah bibi mereka bernama As. Namun, Rabu (6/12) kemarin, Afandi akhirnya ditangkap.

"Ditangkap di rumah bibi kami, macam nangkap bandar sabu, macam teroris gitu, sampai-sampai naik di atas seng polisi itu. Suamiku kena pasal berlapis, ini nggak adil. Dia niatnya baik, malah diapun ditabrak polisi itu, kok jadi suami yang bersalah. Ini nggak adil, nggak percaya aku sama polisi. Yang betul bisa jadi salah, apalagi yang salah. Kalau suamiku dikenakan kasus pemukulan itu, oke aku terima. Tapi polisi itu juga harus diproseslah," sebutnya.

Karena merasa penanganan kasus yang dialami suaminya tidak adil, Reni didampingi Samsini (45), orangtua Inka, korban lakalantas Kompol Delami, mengadukan kasus itu ke Propam Polda Sumut, Rabu (6/12).

"Keterangan ibu polisi yang di Propam itu, katanya nanti seminggu ada hasilnya, ada keterangannya. Katanya kasusnya akan diproses. Jadinya bukan laporan, tapi surat permohonan perlindungan kepada Kapolda Sumut. Itu atas saran ibu polisi di Propam," kata Reni sambil menunjukkan surat tersebut.

Sementara Inka Kristanti, siswi Kelas III SMP Negeri 1 Batangkuis didampingi ibunya, Samsini yang dikonfirmasi wartawan, membenarkan jika dirinya menjadi korban lakalantas.

"Iya, mobil polisi. Saya nggak pingsan waktu itu, tapi saya nggak bisa apa-apa," jawabnya sembari menunjukkan bekas lukayang dialaminya.

"Awalnya di klinik dekat kejadian, tapi klinik nggak sanggup, terus dirujuk ke RS Patar Asih. Langsung masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD), sampai 4 hari di IGD. Tak sekalipun Kompol Delami itu menjenguk si Inka ini. Ada yang datang memang polisi, itu dari Polsek Batangkuis, bukan Kompol Delami itu. Sampai sekarang pun nggak pernah datang," timpal Reni diamini ibu kandung Inka, Samsini.

Terkait kasus ini, Kapolsek Batangkuis, AKP B Panjaitan yang dikonfirmasi wartawan via seluler, jam 16.38 wib, mencak-mencak ketika ditanya masalah tersebut. Awalnya, B Panjaitan membenarkan masalah yang diduga melibatkan Kompol Delami Saleh itu.

"Benar, ada. Itu sudah ditangani Reskrim Polres Deliserdang," jawabnya.

Lantas, ditanya wartawan, bagaimana dengan kasus lakalantasnya, kenapa tidak diproses, dia kembali menjawab jika kasus itu sudah berujung perdamaian.

"Kasusnya (lakalantas) sudah damai, tinggal pidananya, kan ada pemukulan. Meski ada lakalantas, tapi itu sudah berdamai, kasus pemukulan itu yang diproses," jawab B Panjaitan

Saat ditanya apa bukti perdamaiannya, B Panjaitan mulai berang. Nada bicaranya mulai tinggi, dia pun menyebut-nyebut status dan jabatannya sebagai polisi dan Kapolsek Batangkuis.

"Saya polisi, saya Kapolsek, bapak (wartawan) mau apa?" katanya dengan nada tinggi. Kades Baru, Udin yang awalnya sesumbar akan membantu dan membela Afandi yang notabene adalah warganya itu, sekarang malah ketakutan.

"Mana ada lagi cakapnya itu, udah ketakutan dia (Udin), takut sama polisi dia," sebut Reni istri Afandi.

Hal tersebut bisa jadi benar. Soalnya, saat dihubungi wartawan berulang kali, Udin tak bersedia mengangkat hapenya, kendati nomor hapenya terdengar aktif. Begitu pula saat dilayangkan konfirmasi via pesan singkat, Udin tak juga memberi balasan. (emzu)

Mungkin Anda juga menyukai