Hobi yang “Dibayar”
MEDAN (medanbicara.com) – Manis dan imut, itulah kesan pertama bertemu dengan Hanny, Marketing Communication Entrance Music Temple Medan ini. Meski bertubuh mungil namun semangatnya besar menjalani pekerjaan di dunia gemerlap (dugem).
Lantas bagaimana wanita 28 tahun ini bisa berkarir di tempat hiburan malam? Oh, ternyata jauh sebelum bekerja, semasa kuliah alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen USU ini sudah hobi azeb azeb.
“Dari dulu memang suka musik dance, terutama EDM (Electro Dance Music),” jelasnya saat ditemui pekan lalu.
Ketika diterima bekerja sebagai Marcomm, Hanny pun lantas mengibaratkan pekerjaannya sebagai hobi yang dibayar. Jadilah ia bergabung sejak 2013 sampai sekarang. Meski demikian, dia sempat mendapat tantangan dari orangtua.
“Awalnya orangtua gak tahu,” jelas boru Naibaho ini.
Masalahnya, orangtua sudah suruh cari kerja lain, bukan di dunia gemerlap seperti sekarang.
“Maklumlah namanya juga orangtua,” ungkap Hanny. Namun Hanny cerita ke Om dan Tante yang kemudian di kediaman merekalah sampai kini Hanny berdomisili.
“Ortu kan di kampung, jadi di Medan dengan Om dan Tante,” imbuhnya.
Walaupun bekerja di sebuah tempat hiburan malam, namun tak setiap hari gadis berambut panjang ini begadang di tempat kerjanya. Menurutnya frekuensi bekerja tak beda dengan orang lain, hanya pada waktu ada even special atau weekend yang peak season saja ia pulang menjelang ayam berkokok tandanya siang.
Tentang suka dan duka, Hanny menggarisbawahi lebih banyak sukanya karena itu tadi, hobi yang dibayar! (mbc)