17 Korban Hanyut Air Terjun Dua Warna Sibolangit Ditemukan
MEDAN (medanbicara.com) – 17 korban hanyut air terjun dua warna di Desa Ujung Deleng, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, Senin (16/5). Sedangkan lima orang lagi masih dalam pencarian.
“Perkembangan terakhir evakuasi di Sibolangit, telah ditemukan 17 mayat, dua mayat telah dievakuasi dan 15 masih dipinggirkan di tepi sungai dalam proses evakuasi,” kata Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Helfi Assegaf melalui Kasubbid Penmas, AKBP MP Nainggolan kepada wartawan, Senin (16/5).
Nainggolan menyebutkan, ke-22 korban hanyut yang belum diketahui identitasnya itu terdiri 17 mahasiswa STIKES Flora, Jalan Rajawali Sunggal, tiga mahasiswa UMSU dan dua pemandu. Peristiwa itu terjadi pada Minggu (15/5) diperkirakan jam 14.00 WIB.
Saat itu, sambung Nainggolan, para korban sedang berteduh di Tempat Kejadian Perkara (TKP) tiba-tiba air sungai meluap.
"Tempat mereka berteduh itu longsor dibawa air sungai. Hingga saat ini masih dilakukan pencarian terhadap korban yang masih belum ditemukan," sebut Nainggolan.
Tim pencarian, tambah Nainggolan, terdiri Basarnas, TNI, Polri, masyarakat dan PMI dengan rincian, 55 personel Satuan Brimobda Sumut, 36 Dit Sabhara, 35 Polsek Pancurbatu, 15 Polresta, 30 Satpol PP, 70 Basarnas dan 50 relawan.
Pantauan wartawan di Mapoldasu, Waka Polda Sumut, Brigjen Adhi Prawoto berangkat ke lokasi bencana didampingi Direktur Pamobvit, Kombes Pol Heri Subiansauri menaiki Helikopter Polri sekira jam 11.00 WIB.
Informasi diperoleh menyebutkan, sebelumnya mahasiswa STIKES Flora Sunggal disapu banjir bandang saat menikmati liburan di air terjun dua warna Sibolangit, Deliserdang, Minggu (15/5).
Tim pencarian menemukan sesosok ayat pria yang hingga saat ini belum diketahui identitasnya, Senin (16/5) pagi. Korban ditemukan dalam kondisi tanpa busana di kawasan Lau Menter, sekira 1 kilometer dari posko banjir bandang.
"Dia (korban) pas kami temukan tertimpa pepohonan bang. Parah kondisinya tanpa mengenakan pakaian," sebut warga yang pertama kali menemukan korban, Jhon Gurusinga kepada wartawan.
Selanjutnya, petugas mengevakuasi korban ke RS Bhayangkara Jalan KH Wahid Hasyim Medan.
Adapun identitas korban mahasiswa STIKES Flora Sunggal di antaranya, Julhamdi Sakdi, Alhakim, Ningsih, Dora Safitri, Dedek Sihombing, Ira, Mehda, Rafli, Iqbal, Agam, Gusti, Mirza, Dian, Mordang, Kiki, Dwi dan Ayu. Sedangkan mahasiswa dari Kampus UMSU yakni, Gunawan, Siti, Eka.
Di antara korban yang ditemukan tewas, ada yang selamat yakni Mordang Harahap (18). Dia menyebut, peristiwa banjir bandang yang telah merenggut sebagian nyawa teman-temannya itu, tidak memberi tanda-tanda datangnya air.
"Tiba-tiba saja kejadiannya. Pas kami di air terjun dua warna, dari atas air datang sangat deras dan langsung menghantam kami," katanya.
Mordang berhasil selamat karena begitu melihat datangnya air langsung bergegas menyelamatkan diri dengan memegang ranting pepohonan di sekitar lokasi.
"Tuhan masih memberikanku keselamatan. Pas air datang aku berhasil selamat dengan memegang ranting pohon," ungkapnya.
Pemuda yang mengaku berasal dari Batang Toru tersebut, menuturkan ia mengujungi kawasan air terjun dua warna bersama rekan-rekannya mengisi waktu liburan.
"Kami berangkat sebanyak 16 orang. Nah, saat ini aku tidak tahu keberadaan mereka. Sebab saat air datang kami menyelamatkan diri masing-masing," ujar Mordang.
Pantauan di RS Bhayangkara Medan, banyak keluarga korban banjir bandang mendatangi Rumah Sakit Bhayangkara Jalan Wahid Hasyim untuk memberikan data-data anaknya yang menjadi korban musibah tersebut.
Salah satunya adalah Rohani (53), memberikan data dan ciri anaknya yang menjadi korban banjir bandang. Dia juga ingin memastikan apakah anaknya menjadi korban banjir bandang itu.
"Saya ke sini mau pastikan apakah anak saya menjadi korban. Petugas medis tadi meminta ciri-ciri anak saya. Anak saya namanya Iqbal. Dia (Iqbal) anak semata wayang kami. Dia ke sana diajak sama anak-anak mahasiswa STIKES Flora. Karena anak saya ini jadi penunjuk jalan di air terjun dua warna itu," ujar Rohani sambil meneteskan air mata.
Hingga malam ini, sudah sekira 14 korban tewas dievakuasi ke RS Bhayangkara.
Informasi diperoleh juga menyebutkan, Eka Ramadhani (23) yang kos di Jalan Kol Yos Sudarso juga ikut menjadi korban banjir bandang di air terjun dua warna Sibolangit.
Dugaan itu disampaikan Uli Simanjuntak (22) teman satu kos Eka Ramadhani di posko antem mortem RS Bhayangkara. Uli mengaku sempat diajak Eka untuk ikut bersamanya menikmati keindahan air terjun dua warna. Namun, Uli menolaknya hingga Eka pergi bergabung dengan rekannya dari Kampus UMSU.
"Si Eka mahasiswa di Kampus Dharma Wangsa semester 4 jurusan Ekonomi Akuntansi. Dia satu kos sama saya. Saya sempat diajak sama dia tapi saya enggak mau. Terakhir dia pergi sama kawannya dari Kampus UMSU. Ya, rupanya ada yang kasih kabar kalau di air terjun dua warna kena banjir bandang," kata Uli Simanjuntak didampingi paman Eka Ramadahani, Abdul Haris.
Kata Uli lagi, hingga saat ini belum ada yang bisa memastikan apakah Eka Ramadhani selamat atau tidak dalam musibah banjir bandang tersebut.
"Ya itulah bang belum bisa kami pastikan apakah si Eka ini selamat atau tidak. Tadi kami hanya memberikan ciri-cirnya kepada petugas medis di posko antem mortem," pungkasnya.
Sementara, warga yang melapor kehilangan anggota keluarganya di Posko Antem Mortem RS Bhayangkara Medan, masing-masing menyebut nama (diduga korban) Gusti Dwi Prasetyo warg Jalan Abdullah Lubis Kecamatan Medan Baru, M Iqbal mahasiswa UMSU warga Jalan Matahari V Lingkungan VII Medan Helvetia.
Kemudian, Gustinaris Dyah Pratiwi, Mirjano, Dwi Astuti Ningsih warga Sosa STIKES Helvetia, Eka Rahmadani (20) warga Sabang, Aceh mahasiswi Universitas Dharmawangsa dan berangkat bersama rombongan mahasiswa UMSU.
Berikutnya, Rafky (21) mahasiswa STIKES Flora, Ade Riana Sihombing (21) mahasiswi STIKES Flora, dilaporkan sepupunya. Eka Nurul Rahmania mahasiswi Dharmawangsa (20) alamat Sabang/Jalan Yos Sudarso depan Universitas Dharmawangsa, dilaporkan oleh Abdul Haris paman korban.
"Anak (Eka Nuruh Rahmania) itu kalau pergi tidak pernah izin. Informasi dari ibu kosnya, dia berangkat bersama Mapala UMSU," kata Abdul.
Menurut dia, keluarga Eka di Sabang juga sudah diberitahu. Mahasiswa semester 4 jurusan perkantoran itu merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Bhayangkara Medan, Kombes Pol Farid Alamsyah mengatakan, pihak masih melakukan identifikasi terhadap para korban.
"Korban masih didata dan diidentifikasi guna dicocokkan dengan keterangan keluarga korban di posko antem. (emzu)