CALEG GOLKAR

Bobby Lihat Rumah Opung Sirait Telah Reot, Penghasilannya Rp10.000 Per Hari

Medan (medanbicara.com) – Setiap blusukan ke pedalaman sudut Kota Medan, Bobby Nasution kerap menemukan fakta miris. Terbaru, Bobby melihat rumah Opung Sirait di Pinggiran Rel Kelurahan Cinta Damai Lingkungan IV Medan Helvetia, Rabu (11/11/2020).

Miris memang, di tengah ibu kota provinsi masih ada saja masyarakat yang hidup tak terpantau pemerintah kota. Seperti Opung Sirait itu, yang sehari-hari bertahan hidup dari memulung.

Di rumahnya pun banyak hasil memulungnya. Maaf, seperti timbunan sampah. Rumahnya reot. Bocor di sana-sini. Atap rumah Opung Sirait pun rusak. Pintu-pintu tak berkunci. Alhasil rumahnya sering disatroni maling.

“Hape anakku untuk dia belajar online pun udah diambil maling. Itulah hartaku satu-satunya. Tolonglah kami ini diperhatikan,” kata Opung Sirait.

Bobby tampak berdiri di hadapan Opung Sirait. Keluhan Opung itu adalah bagaimana anaknya, cucunya tetap bisa bersekolah di dalam keterbatasan.

“Penghasilan aku mulung sekarang ini cuma 10 ribu rupiah. Kalau lancar bisa lebih, ini karena Corana itu jadi susah semua,” kata Opung Sirait lagi.

Bobby lantas menjanjikan beasiswa. “Pung, kalau saya jadi wali kota, kami adakan program beasiswa. Anak-anak tak mampu tetap bisa sekolah, gratis sampai perguruan tinggi. Mohon doanya ya Pung,” kata Bobby penuh hormat kepada orang tua.

Selanjutnya, masih di lingkungan sama Bobby tampak mendatangi warga yang sehari-hari membuat tas dari tali. Nah di masa pandemi ini, sang pengrajin bernama Ruslinda Sihombing ikut kena imbas. Pandemi nyaris setahun, Ruslinda hanya mampu menjual dua tas saja.

“Idealnya sebulan laku tiga buah itu bisa nutupi modal. Ini sejak Covid saya cuma bisa jual dua tas,” kata Ruslinda.

Untuk itu, Bobby Nasution menawarkan agar Ruslinda mengubah pemasaran lebih kepada digital. Dan kelak, pengusaha UMKM seperti Ruslinda akan mendapatkan bantuan alat usaha, modal hingga pemasaran.

“Mohon doa dan dukungan, saya akan target buat sentra usaha di tiap kelurahan. Jadi bantuan akan tepat sasaran,” seru Bobby.

Di sepanjang jalan menemui masyarakat, Bobby Nasution juga tampak banyak menerima curhatan. Ada kelompok pengurus Posyandu yang mengeluh alat timbangan anak sudah tahunan, usang berkarat.

“Kami juga kesulitan akses gizi agar mencegah anak kurang gizi,” keluh Mei, petugas Posyandu yang mengaku diberi honor Rp50 ribu per bulan dan cair setiap tiga bulan.

“Nanti mudah-mudahan intensif petugas Posyandu bisa kita tambah,” kata Bobby. (rel)

Mungkin Anda juga menyukai