CALEG GOLKAR

Kapoldasu : Perayaan Imlek di Kota Tanjungbalai dan Medan Aman

MEDAN (medanbicara.com) – Konflik sosial antara etnis Tionghoa dan umat muslim pecah di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, medio 2016 lalu. Akibatnya sejumlah vihara dirusak dan dibakar. 

Pada perayaan Imlek tahun 2017 ini, kondisi di Tanjungbalai cukup kondusif. Polda Sumut mengklaim kondusifitas dapat terwujud karena rehabilitas pascakonflik yang dilakukan di daerah itu berjalan dengan baik. 

“Laporan yang saya terima perayaan Imlek 2568 di seluruh wilayah di Sumatera Utara berjalan baik, termasuk dua wilayah menjadi atensi kita, yakni Medan dan Tanjungbalai,” ujar Irjen Rycko, usai memantau pengamanan malam Imlek di Vihara Setiabudi, Jalan Irian Barat, Kota Medan, Sabtu (28/1) dini hari. 

Irjen Rycko mengatakan, upaya rehabilitasi pascakonflik di Tanjungbalai dilakukan dengan pendekatan restorative justice, tanpa menghilangkan pendekatan criminal justice system yang sudah ada. 

“Kita sudah melakukan mitigasi di sana. Mitigasi yang kita sebut dengan restorative justice, yakni keadilan yang memulihkan. Pembuktian untuk perbuatan yang melanggar hukumnya tetap, tapi ada upaya lanjutan untuk mewujudkan keadilan yang memperbaiki jaringan hubungan sosial masyarakat yang rusak akibat daripada konflik yang terjadi,” jelas Rycko. 

“Alhamdulillah kegiatan kita terus menjaga dengan melakukan upaya islah, rekonsiliasi, upaya-upaya untuk mendamaikan saudara-saudara kita, menghilangkan kesalahpahaman, tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang tidak benar, itu selalu kita bangun, supaya saudara-saudara kita dapat hidup dengan rukun, harmoni dan toleransi di sana,” tambahnya. 

Hasil dari upaya rehabilitasi itu kata Irjen Rycko, terus dievaluasi secara berkala. Sejauh ini, kata Rycko, hasilnya sudah semakin membaik. 

“Pihak-pihak yang waktu itu berkonflik kini sudah memahami kesalahannya dan mereka sama-sama sudah memaafkan. Sekarang tinggal bagaimana kita upayakan agar hubungan mereka semakin baik di sana,” pungkasnya. 

“Untuk persoalan narkoba dan persoalan lain yang menjadi penyebab munculnya konflik sosial, itu menjadi pekerjaan rumah untuk kita semua. Tidak hanya kami polisi, tapi juga pemerintah daerah dan masyarakat. Yang terpenting saat ini bagaiaman meningkatkan kualitas hidup di sana. Karena konflik sosial di sana salah satu akar masalahnya adalah kualitas hidup. Jadi ini perlu peran kita semua,” tutupnya. (jolly)

Mungkin Anda juga menyukai