Kerjasama London Khalsa Academy Medan Dibatalkan

MEDAN (medanbicara.com) – CEO & Founder London School of Accountancy and Finance (LSAF) Jakarta, Manis Gidwani, membatalkan kerjasama dengan Yayasan Pendidikan Sikh Medan membuka pendidikan tinggi setingkat akademi yang diberi nama London Khalsa Academy.

“Segala bentuk kerjasama yang telah ada akan tidak berlaku secara langsung dan sudah tidak ada kerjasama antara LSAF Jakarta dan Yayasan Sikh Medan ataupun Khalsa School Medan,” tulisnya pada surat pernyataan tertanggal 15 April 2016 tentang pembatalan kerjasama tersebut, dalam siaran pers yang diterima medanbicara.com, Sabtu (23/4).

Seperti diberitakan, Humas Kopertis Wilayah-I Medan, Hendra Armayadi, mengatakan London School of Accountancy and Finance belum punya izin penyelenggara pendidikan. Lembaga pendidikan ini tidak dibenarkan beroperasi dan sewaktu-waktu bisa saja ditutup.

Dia menambahkan, Kopertis Wil-I, baru-baru ini menutup dua universitas swasta di Medan karena terbukti  illega.

#KURSUS
Di bagian lain keterangannya, Manish  Gidwani, menjelaskan LSAF adalah Lembaga Pelatihan dan Ketrampilan (LPK)  setingkat kursus. Dalam kerjasama yang disepakati dengan Yayasan Pendidikan Sikh Medan (YPSM), pihaknya menyediakan program pendidikan dan tenaga pengajar dari Malaysia, Pakistan, Jakarta dan lainnya.

Sementara YPSM berkewajiban mengurus semua perijinan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi setingkat akademi. Ternyata ijin tersebut, sebagaimana dijelaskan Humas Kopertis Wilayah-I Medan, belum pernah diajukan.

Sebagaimana diketahui, areal dan komplek bangunan Perguruan Nasional Khalsa terletak di Jalan Teuku Umar Medan adalah asset masyarakat yang penguasaannya dipercayakan kepada rumah ibadah (Gurdwara) Besar Medan berlokasi  di sebelah Sekolah Khalsa.

Ketua Yayasan Gurdwara Perbandhak Committee (GPC) Gurdwara Besar Medan, Sarban Singh Khalem, mengatakan, pihaknya sama sekali tidak mengetahui dan tidak dilibatkan dalam peroses pembukaan London Khalsa Academy Medan.

Sekolah Khalsa mulai beroperasi sekitar tahun 1929, dengan nama Khalsa English School, jauh sebelum Indonesia Merdeka. Cikal bakal sekolah ini, Kata Prem  Ramdhan Singh, salah seorang alumninya, adalah King George-V School.

Ketika itu, masyarakat dari berbagai etnis dan bangsa, Arab, Pakistan, India, Ceylon/SriLanka, RRT, dari suku Batak, Punjabi, Tamil, Gujrati, Shindi, Tionghoa, sampai kepada penguasa Tanah Deli, Sultan Deli, ikut menyumbang untuk pembangunan Sekolah Khalsa.

Tercatat lebih 400 penyumbang dengan total sumbangan lebih 31.000 Gulden. Sekolah Swasta pertama yang menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi asing terkenal di dunia, Cambridge University di Inggris.

Sekitar tahun 1970, Khalsa English School diambil alih oleh Pratap Singh, kemudian berganti nama menjadi Perguruan Nasional Khalsa. Sementara Khalsa English School pindah ke Jalan Majapahit. kemudian, karena kesalahan manajemen dan penyalahgunaan administrasi, Sekolah Khalsa tutup lebih dari 30 tahun. 
 
Sekitar dua tahun lalu, sejumlah  orang dari Jakarta dibantu pengurus rumah ibadah di Medan, tokoh dan sejumlah wakil dari berbagai elemen masyarakat, khususnya masyarakat Sikh di Medan,  berhasil mengambil sekolah Khalsa.

Niat awalnya, sekolah itu dikembalikan kepada pemiliknya yaitu masyarakat Medan melalui Pengurus Gurdwara Besar Medan. Namun kemudian, tanpa ada satu kejelasan, sekolah tersebut seolah-olah dikuasai oleh sejumlah orang yang bergabung dalam YPSM. Perbuatan ini tidak diketahui secara persis oleh Ketua Yayasan Sarban Singh.

Keterangan lain diperoleh, saat ini sejumlah elemen masyarakat seperti pengurus rumah ibadah (Gurdwara) di Sumut, organisasi massa, tokoh masyarakat dan pihak lain yang terkait, sedang berupaya untuk mengembalikan  asset Gurdwara Besar Medan yang sejatinya milik masyarakat yaitu tanah dan bangunan Sekolah Khalsa, kepada yang berhak yakni GPC Medan untuk dikelola  secara transparan, terbuka bagi masyarakat luas dan professional seperti awalnya dahulu. (agus)

Mungkin Anda juga menyukai