CALEG GOLKAR

Pemko Medan Dukung USAID IUWASH PLUSH Tingkatkan Akses Air Bersih & Sanitasi

Kepala Bappeda Kota Medan diwakili Kabid Fisik Ferry Ichsan dalam acara Pertemuan Multi Pihak Hasil Monitoring Partisipatif Masyarakat Wilayah Hotspot Di Kota Medan Tahap II di Jalan Klambir Lima, Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Selasa (5/11).(ist)

MEDAN (medanbicara.com)-Pemko Medan mendukung penuh program USAID Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASh PLUS) dalam rangka peningkatan akses air bersih dan sanitasi. Sebab, akses air bersih dan sanitasi sangat vital dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Dukungan disampaikan Kepala Bappeda Kota Medan diwakili Kabid Fisik Ferry Ichsan dalam acara Pertemuan Multi Pihak Hasil Monitoring Partisipatif Masyarakat Wilayah Hotspot Di Kota Medan Tahap II di Jalan Klambir Lima, Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Selasa (5/11).

Diungkapkan Ferry, Pemko Medan saat ini fokus memprioritaskan pembangunan akses air minum bersih dan sanitasi. Sebab, ungkapnya, tidak sedikit warga saat ini yang belum mendapatkan akses air bersih layak dan aman serta sanitasi yang baik.

"Guna mewujudkan pembangunan akses air bersih dan sanitasi, tentunya dibutuhkan dukungan semua pihak sehingga kurangnya akan akses air bersih dan sanitasi dapat diminimalisir. Yang pasti Pemko Medan siap membantu dan memfasilitasinya," kata Ferry.

Selanjutnya Ferry mengingkatkan, pentingnya pembangunan akses air bersih dan sanitasi tidak dirasakan manfaatnya untuk saat ini saja, tetapi juga akan diwariskan kepada anak cucu ke depannya. "Itu sebabnya Pemko Medan sangat mendukung dan mengapresiasi langkah yang dilakukan IUWASH PLUS) dengan meningkatkan akses air bersih dan sanitasi bagi masyarakat di lingkungan 1 dan 2 Kelurahan Tanjung Gusta.

Selain akses air bersih dan sanitasi yang layak dan aman, Camat Medan Helvetia Andy Mario Siregar mengungkapkan, warga yang bermukim di Kelurahan Tanjung Gusta juga sangat membutuhkan upaya penanganan banjir yang kerap menerpa setiap hujan deras turun. Pasalnya, Sungai Belawan yang berdekatan dengan kelurahan tersebut belum pernah dinormalisasi sehingg mengalami pendangkalan.

"Alhasil, setiap hujan deras terjadi, sungai tidak mampu menampung debit air sehingga akhirnya meluap dan menggenangi wilayah yang ada di sekitarnya. Untuk itulah melalui pertemuan ini, kami berharap persoalan banjir dapat juga dicari solusi untuk mengatasinya," harap Andy.

Acara pertemuan multi pihak, USAID UWAISH PLUS focus membicarakan soal sanitasi, terutama menyangkut pentingnya penggunaan jamban yang aman dan layak bagi warga. Sebab, sanitasi yang kurang baik erat kaitannya dengan stunting. Oleh karenanya ada dua warga yang dihadirkan menyampaikan testimoni, keduanya mengaku membuat jamban baru secara swadaya karena mengetahui manfaatnya snagat pentiong bagi kesehatan.

Selain itu pertemuan multi pihak, juga dirangkaikan dengan diskusi yang melibatkan unsur pemerintah dan swasta. Inti diskusi, pihak USAID IUWASH PLUS mengajak semua yang hadir agar mendukung mewujudkan sanitasi yang baik, terutama beralih menggunakan jamban aman dan layak. Untuk saat ini, mereka focus peningkatan di dua kelurahan yakni Tanjung Gusta dan Titi Kuning.

Khusus Kelurahan Tanjung Gusta,M Yagi selaku Regional USAID IUWASH menjelaskan, berdasarkan pendataan yang dilakukan kader Tim Pemantau Perubahan Perilaku Hidup Sehat (TP2HS) di di lingkungan 1 dan 2, masih banyak warga yang belum menggunakan sanitasi dengan baik, terutama menyangkut persoalan jamban yan aman dan layak. Terbukti, di kedua lingkungan, warga yang menggunakan Jamban Leher Angsa (JLA) Tanpa Penampung sebanyak 6 KK, JLA Penampun Tidak Kedap (291 KK), JLA Penampung Kedap (19 KK) serta yang menumpang (tidak memiliki jamban) terdapat 3 KK.

Oleh karenanya kepada seluruh yang hadir dalam pertemuan multi pihak tersebut, Yahi mengajak untuk membantu warga sekitar mengganti septic tanki (jamban) yang ebnar-benar aman dan layak. Di samping itu juga mengajak warga agar mengkonsumsi air dari perpipaan, tidak berasal dari sumur hasil pengorekan.

Yagi menjelaskan, kegiatan ini berawal dari pertemuan bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan dan sejumlah sanitarian untuk mengajak atau melakukan sosialisasi perubahan perilaku masyarakat. "Perubahan perilaku itu yakni, masyarakat menggunakan septik tank yang kedap dan mengonsumsi air dari perpipaan atau perusahaan daerah air minum (PDAM)," jelas Yagi.

Terkait itu,Yagi menegaskan, kegiatan ini harus dilakukan berkelanjutan dengan strategi tertentu bersama mitra-mitra lainnya. Kemudian melakukan monitoring perkembangannya, satu di antaranya adalah melihat rencana kerja masyarakat yakni telah melakukan penggantian septic tank atau air berasal dari swadaya, memakai proposal anggaran yang diajukan di musyawarah renana pembangunan (Musrenbang) kelurahan atau memanfaatkan coorporate social responsibility (CSR) pihak ketiga.

Program ini papar Yagi, sudah berjalan tiga tahun di Kota Medan dan dipilih Kelurahan Titi Kuning serta Tanjung Gusta sebagai pilot project. "Selama tiga tahun ini, perkembangannya tidak terlalu bagus.Meski demikian, sambungnya, diyakini perkembangannya akan tetap berjalan. "Kalau di Medan sudah berkembang, maka dampaknya akan sangat luar biasa," pungkasnya. (rel/kom/H)‎

Mungkin Anda juga menyukai