CALEG GOLKAR

Proyek Podomoro Kembali Telan Korban Jiwa

MEDAN (medanbicara.com) – Mega proyek Podomoro City Deli kembali menelan korban jiwa. Kali ini, seorang pekerja dinyatakan tewas setelah terjatuh dari lantai 10, Jalan Putri Hijau, Medan, Rabu (30/3).

Total, sejak proyek tersebut mulai dibangun sedikitnya delapan orang pekerja dinyatakan tewas dalam gedung bangunan tersebut.

Peristiwa pertama terjadi pada 25 Agustus 2014 lalu. Dua pekerja dinyatakan tewas setelah terjatuh dari lantai 10. Kemudian, pada 8 Juni 2015 dua pekerja tewas tertimpa material bangunan, lalu pada Jumat 4 Desember 2015 tiga pekerja kembali jatuh dari lantai delapan dan langsung meninggal dunia ditempat.

Lalu, pada Rabu (30/3) proyek tersebut mencari tumbal. Antoni Hutagalung warga Jakarta dinyatakan tewas setelah terjatuh dari lantai 10. Setelah itu, Sabtu 5 Desember 2015, tiga pekerja tewas setelah lantai yang dipijaknya amblas, dan korban terjerembap jatuh, dari ketinggian 36 meter.

Namun, meski peristiwa kecelakaan kerja sudah terjadi secara berulang-ulang pada proyek itu, tetapi proses hukumnya seolah masih misteri yang belum bisa diungkap aparat Kepolisian. Kapolsek Medan Barat Kompol Viktor Ziliwu ketika dikonfirmasi terkesan menutupi dan berpura-pura tidak mengetahui adanya peristiwa itu.

“Saya belum tau, saya cek dulu,” katanya singkat.

Begitu juga saat ditanya, apa penyebab kematian korban apakah ada unsur kelalaian sehingga melanggar hukum pidana, mantan Wakasat Reskrim Polresta Medan ini malah menyebut, korban tewas karena sakit.

“Penyebab kematiannya karena sakit. Meski begitu, kita masih melakukan penyelidikan atas kasus itu,” terangnya.

Berbeda dengan kerabat korban, Benny Hutagalung kepada wartawan mengatakan korban tewas di rumah sakit (RS) setelah menjalani perawatan medis.

“Tadi saya dapat kabar dari pihak proyek. Katanya Antoni meninggal,” katanya.

Menurut Beni, saat ia melihat jasad korban, di bagian wajah tampak dipenuhi lumuran darah. Bahkan, dari bagian telinga juga mengeluarkan darah segar.

“Saya enggak tau pasti kejadiannya bagaimana. Ini mau kami bawa ke Tarutung,” ungkap Beni buru-buru membawa jenazah korban.

Apalagi sejumlah preman berusaha dan menghalangi pihak keluarga untuk tidak memberi keterangan apapun kepada awak media yang melakukan peliputan. Malah, seorang wartawan TVRI, Davies sempat dianiaya dan dipukul saat meliput di RS Malahayati. Sehingga, kameranya menjadi rusak.

“Saya dihalangi saat hendak mengambil gambar di RS Malahayati, mereka meminta agar saya pergi. Karena aku tak menghiraukan mereka (preman) tanganku dipukul sehingga kameraku terjatuh,” katanya.

Meski begitu, dia (Davies) berusaha memberikan pengertian pada preman tersebut. Namun, pelaku malah makin emosi dan kembali melakukan penganiayaan dengan menendangnya dari belakang.

“Saya ditendang, dibentak dan menuduh saya sebagai pengacau rencana mereka (pelaku),” sebutnya.

Sedangkan sejumlah pekerja lainnya yang tidak bersedia disebutkan namanya juga mengaku korban terjatuh bukan di saat bekerja, tetapi saat berada di kamar kosnya Jalan Gaharu, Medan.

“Kalau informasi yang beredar di proyek, dia (korban) tewas karena terjatuh di kamar mandi kamar kosnya," katanya singkat. (agus)

Mungkin Anda juga menyukai