CALEG GOLKAR

Tujuh ODGJ di Medan Masih Dipasung

Ilustrasi Orang Dengan Gangguan Jiwa dipasung/net

 

MEDAN (medanbicara.com)-Sepanjang tahun 2017, sebanyak 7 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Medan masih dikurung atau dipasung.

Namun, kata Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Pocut Fatimah Fitri, MARS, 5 diantaranya direncanakan lepas kurung.

“Yang dikurung dan tidak diikat kakinya oleh keluarganya ada 10 orang. Dinas kesehatan Medan rencananya akan melakukan lepas kurung 5 orang dan yang sudah dilepas kurung ada 3 orang. Minggu ini kita lakukan 2 lagi. Untuk yang 5 lagi menunggu kesiapan keluarganya,” katanya, saat melakukan kunjungan ke ruang perawatan ODGJ di RSUD dr Pirngadi Medan, Senin (7/5).

Disebutkannya, ke 10 ODGJ yang di pasung oleh keluarganya di rumahnya yaitu 3 di kecamatan Medan Deli, 2 di Petisah, 2 di Medan Perjuangan, Helvetia dan Medan Area masing masing 1 orang.

Pocut juga menyebutkan, di Medan tahun 2016 ada 705 ODGJ yang dikurung dan tahun 2017 ada 1.111 ODGJ. Jumlah 1111 tersebut adalah mereka yang mengalami ODGJ berat atau Skizoprenia. Sedangkan ODGJ ringan seperti depresi, suka melamun, menangis.

“Ini harus diperiksakan karena kalau tidak diantisipasi bisa melakukan bunuh diri, misalnya selama dua minggu termenung terus merasa dirinya tidak berguna,” katanya.

Ia juga menyarankan, keluarga harus menyadari kalau ODGJ bisa diobati dengan membawanya ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

“Upaya kita terus mengedukasi masyarakat bahwa ODGJ ini perlu berobat medis. Obat juga kita siapkan bagi penderita,” imbuhnya.

Sementara Kabag Umum RSUD dr Pirngadi Medan, Indah Kemala Sari mengatakan, pihaknya tahun 2018 merawat dua pasien ODGJ yang merupakan rujukan dari Puskesmas Helvetia.

“Faktor ODGJ itu bisa dari keturunan atau herediter dan faktor banyaknya masalah yang dihadapi seperti faktor ekononi,” sebutnya.

Salah seorang perawat di ruang perawatan ODGJ RS Pirngadi mengatakan, kedua ODGJ telah menjalani perawatan selama empat hari.

“Mereka minta rokok aja, gak kita kasi dan diganti bonbon. Mereka tidak nakal dan mereka mandi" kata perawat wanita tersebut.

Saat dijumpai, kedua ODGJ laki laki ini meminta rokok kepada awak media dan yang lainnya.
Terpisah, Dr dr Elmeida Effendy MKed KJ SpKJ (K) menjelaskan, penyebab gangguan jiwa itu multifaktorial, banyak faktor faktor yang berkontribusi untuk terbentuknya gangguan jiwa, antara lain faktor genetik, biologik dan psikososial. Faktor genetik atau keturunan, adanya gen tertentu pada keluarga akan memperbesar risiko akan diturunkannya gangguan jiwa pada keturunannya. Faktor biologik berupa adanya ketidakseimbangan atau disregulasi dari zat zar neurokimiawi otak. Sedangkan faktor psikososial berupa tekanan tekanan psikis, stresor psikososial yang didapat dari lingkungan.

Mengenai persentase faktor keturunan, dokter spesialis kejiwaan ini mengatakan, ini tergantung jenis gangguan jiwa yang mana, gangguan jiwa kan sangat beraneka ragam. Faktor genetik sangat memegang peranan salah satunya untuk skizofrenia. Ini juga tergantung, turunan derajat pertama misal ayah, ibu, saudara kandung akan lebih kuat peranannya dibandingkan keluarga dengan derajat kedua seperti kakek, nenek, sepupu, kemenakan.

"Jika kedua orang tua mengalami skizofrenia maka risiko turunan menderita skizofrenia lebih besar daripada jika hanya ayah atau ibu saja yg menderita skizofrenia. Pada saudara kembar dgn skizofrenia risiko saudara kembarnya mengalami skizofrenia juga lebih tinggi," tandasnya. (fatimah/ef)

Mungkin Anda juga menyukai