CALEG GOLKAR

Resah Penambangan Pasir Ilegal, Ribuan Warga Desa Suka Ancam Demo Bupati Karo

Aktivitas galian C ilegal di Lau Mbelin Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumut. (ita)

KARO (medanbicara.com)-Maraknya penambangan pasir yang diduga ilegal di hulu Sungai Aek Bolon, Desa Negara Kecamatan Merek, Karo, Sumut membuat air menjadi keruh bercampur lumpur. Akibatnya, ribuan warga Desa Suka, Kecamatan Tigapanah di hilir yang masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan mencuci pakaian dan mandi menjadi kelabakan.

Hal ini membuat warga semakin resah dan merasa terabaikan sehingga ribuan warga sepakat akan menyampaikan keluhannya ke kantor DPRD Karo dan sekaligus kepada Bupati Karo.

"Pada saat rapat beberapa waktu lalu, Bupati Karo sudah menegaskkan agar segera dibuatkan bak pencucian. Kalau belum dibuat bak pencucian jangan beroperasi dulu," kata Rahmat Ginting (53), warga Desa Suka, Kecamatan Tigapanah yang mengaku ikut rapat beberapa waktu lalu kepada sejumlah wartawan di Desa Suka, Minggu (20/1/2019).

“Kalu tidak secepatnya dihentikan penambangan pasir di hulu maka kami akan melakukan demo besar-besaran. Ini sudah hasil kesepakatan dari 1.600 kepala keluarga dan sudah membuat pernyataan tertulis. Kepala desa juga sudah kami wanti-wanti, kalau memang dia tidak mampu menghentiikan pencemaran sungai Lau Belin, biar kami bekerja dengan bahasa kami sendiri," tegas Ginting lagi dan diamini Sumiati Ginting (64).

Yang lebih memilukan lagi, aktivitas penambangan liar berdekatan dengan pipa saluran air bersih. Diduga penambang bekerja tanpa memperhatikan kiri-kanan sehingga pipa saluran air bersih terkena alat berat. Kerusakan pipa saluran air bersih itu juga membuat pasokan air ke rumah warga menjadi terganggu.

Terganggunya pasokan air bersih ini memaksa warga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli air bersih dari sumur-sumur bor. Makin lengkaplah sudah penderitaan warga.

"Kalau kita mandi di sungai maka sehabis mandi seluruh badan kita pasti menjadi gata-gatal semua. Jangankan untuk mandi dan cuci pakaian, ternak kerbau aja sudah nggak mau minum air sungai sangking keruh dan berlumpur," terang Ginting lagi.

"Jangan pengusaha itu makin kaya, kami yang di hilir menderita. Jangan mentang-mentang yang punya tangkahan di hulu punya kedudukan atau deking yang hebat, sesuka hatinya saja. Apa kami harus selalu mengalah dan diam walau sudah menderita. Sudah tidak zamannya lagi kalau disakiti kita hanya diam. Ini sudah zaman reformasi. Atau kami harus menggunakan bahasa kami sendiri baru ada tanggapan," tegas Ginting lagi dengan penuh tanda tanya.

Di tempat terpisah, anggota DPRD Karo dari daerah pemilihan II yang meliputi Kecamatan Tigapanah, Merek, Barusjahe dan Dolat Rayat yang dimintai tanggapannya juga mengaku sangat kesal denga kinerja pihak eksekutif. Mereka sepertinya tidak berdaya menghadapi para penambang-penambang liar.

"Kalau masalah air minum dan penambangan liar di hulu Sungai Lau Belin Desa Suka yang membuat masyarakat menjadi resah tidak secepatnya diatasi maka aksi demo warga nggak mungkin lagi kita hempang. Masyarakat sudah menyampaikan kepada saya selaku wakil rakyat. Aspirasi tersebut sudah kita rapatkan dengan Bupati Karo. Namun nyatanya belum membuahkkan hasil. Apa mau pihak eksekutif inipun menjadi tanda tanya bagi saya. Kok begitu susah mereka menertibkannya. Jangan-jangan ada kekuatan besar di belakangnya atau ada oknum-oknum yang 'bermain' demi sesuatu. Ada apa, apa ada di balik semua ini. Jangan paksa warga saya harus turun ke jalan baru ditanggapi," kata Sitepu panjang lebar. (ita)

Mungkin Anda juga menyukai