CALEG GOLKAR

Subhanallah…Jenazah Korban KM Sinar Bangun tak Membusuk

Satu korban yang tertangkap kamera tim Basarnas. (Basarnas)

MEDAN (medanbicara.com)- Tim Gabungan belum berhasil mengangkat mayat ke daratan. Begitu juga dengan bangkai kapal.

Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Brigadir Jenderal TNI Nugroho Budi Wiryanto usai melakukan pencarian memastikan posisi mayat belum ada berubah.

Nugroho mengatakan posisi mayat ada yang telentang dan tengkurap. Begitu juga dengan sepeda motor dan material kapal. Untuk posisi jenazah berada di kedalaman 450 meter. Sementara untuk kapal berada di kedalaman 420 meter dengan suhu sangat dingin.

“Suhu di bawah sangat dingin.

Yang jelas jenazah tidak membusuk,”ujarnya saat meberikan hasil pencarian hari ke 12 di Dermaga Tigaras, Kabupaten Simalungun.

Nugroho menyampaikan saat ini telah berhasil mengkait kapal dengan tali kecil. Kemungkinan, Sabtu hari ini pihaknya akan mencoba mengkaitkan dengan tali dengan ukuran besar.

“Tadi sudah berusaha mengkaitkan tali di kapal itu. Kita mulai tali-tali yang kecil dulu. Baru kita tarik dengan tali yang besar. Mudah-mudahan tali besar bisa masuk. Kita berusaha satu – satu dulu. Kalau cuaca bagus malam ini kita kerjakan,” tambahnya.

Selain itu pencarian akan menggunakan robot yang mampu melakukam pemotongan dan pangangkatan benda atau pun mayat.

“Kita berusaha datangkan robot yang ada tangan-tangannya. Bisa memotong dan mengangkat. KNKT sedang mencari seperti itu. Akan ada nanti dari Singapura,”ujarnya seraya belum dapat memastikan kapan robot itu datang.

Pencarian 164 korban KM Sinar Bangun kemungkinan besar akan diperpanjang lagi.

“Kemungkinan kita akan memperpanjang lagi. Melihat situasi, kita akan perpanjang lagi. Kita lapor pemerintah dan pemerintah yang memutuskan,”pungkasnya.

Dari data resmi Basarnas, masih ada 164 korban yang dinyatakan hilang sejak 18 Juni lalu. Hingga hari ke-11, pencarian terus dilakukan oleh tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, maupun masyarakat sekitar.

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono memberikan penjelasan terkait jasad korban yang tak muncul ke permukaan. Menurut Soerjanto, jasad korban di kedalaman lama membusuk, karena temperatur di dasar Danau Toba sangat dingin.

“Kami juga berkonsultasi dengan dokter forensik dari UI. Saya tanya, ‘dok, ini kenapa kok para jasad ini enggak naik ke atas?’ Kalau temperaturnya dingin di dasar Danau Toba, itu seperti kita menaruh makan di kulkas, jadi reaksi pembusukannya lambat,” katanya saat konferensi pers di kantor Pusat Badan SAR, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (28/6/2018).

Untuk bisa membuat jasad naik ke permukaan, kata Soerjanto, diperlukan gas untuk menambah berat jenis, namun karena terhalang kedalaman dan suhu dingin, jasad-jasad tersebut tak mengapung di permukaan air.

“Sehingga jumlah gasnya tidak cukup membuat berat jenis manusia ini lebih ringan dari angin, sehingga kenapa jasad-jasad tersebut tidak mengapung, atau sebagian yang mengapung,” papar Soerjanto.

Dari hasil rekaman visual ROV, jasad tampak masih utuh, selain sepeda motor dan bangkai kapal. Dari gambar jasad yang masih utuh tersebut, menandakan bahwa di dasar laut dipenuhi es, hingga jasad pun membeku. Jasad yang membeku kemungkinan tidak akan mengambang ke permukaan.

Suhu air Danau Toba di kedalaman 450 meter yang mencapai 0 derajat menyebabkan kegagalan Basarnas menemukan mayat korban KM Sinar Bangun.

"Beda pencarian di danau dengan di laut karena pencarian di laut lebih gampang daripada di danau. Kalau di danau tingkat kedinginan air lebih dingin," ujar Kepala Kantor SAR Pencarian dan Pertolongan Medan, Budiawan, Kamis (21/6/2018).

Selain penyelam yang tak diperbolehkan menyelam melewati batas 40 kilometer, penyelam juga kesulitan naik ke permukaan karena banyaknya dan tingginya rumput di Danau Toba.

"Selesai penyelaman para penyelam susah untuk naik ke permukaan air dikarenakan adanya rumput danau dan tingkat dingin air,"tambahnya.

Para penyelam melakukan pencarian dengan poros wilayah antara 6 kilometer hingga 10 kilometer dengan dua titik yakni timur laut dan selatan.

Sebelumnya, Basarnas memprediksi banyak korban yang tertimpa bangkai kapal di dasar danau.

Disebutkan juga, sulitnya mengevakuasi bangkai kapal dan korban yang hilang diduga akibat tumbuhan ganggang yang ada di danau toba.

Diduga para korban terperangkap dalam badan kapal dan atau terbelit oleh ganggang yang tumbuh di dasar danau yang berlembah-lembah tersebut. Tumbuhan ini disebut seperti hutan lebat yang menghalangi proses evakuasi.

Dugaan itu diungkapkan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono.

Soerjanto mengaku, dari informasi yang diperolehnya dari penduduk setempat tanaman sejenis ganggang atau rumput laut itu tegak lurus dari dasar danau.

Tanaman ini, kata dia, berdiri tegak menuju permukaan karena mencari sinar matahari.

''Ganggang ini setinggi 40-60 meter dari dasar danau. Jadi kalau ada penumpang meninggal dan seharusnya mengapung tetapi tak bisa karena terhalang ganggang dan dia terlilit,'' katanya, Jumat (22/6/2018).

Ucapan masyarakat tersebut bukan isapan jempol belaka.

Soenarjo pernah membuktikan sendiri keberadaan ganggang ini.

Ia menceritakan, saat tengah mencari dan menyisir helikopter yang juga pernah tenggelam di danau ini, pihaknya sempat kesulitan dengan keberadaan ganggang tersebut.

Helikopter itu juga tak terlihat dari permukaan air danau.

Kemudian KNKT menarik helikopter ini menggunakan semacam jangkar dan ditarik menggunakan kapal boat ternyata ada tanaman itu yang terbawa dengan panjang sekitar 60 meter.

''Ada yang batangnya mencapai sebesar jempol,'' katanya.

Belum lagi kendala luasnya danau.

Ia menyebut luas Danau Toba jika diukur jarak ibarat satu mobil melakukan perjalanan darat mengelilingi tempat ini dan kembali ke tempat yang sama membutuhkan waktu sekitar 14 jam.

Disinggung mengenai mengangkat semua ganggang ini untuk mempermudah penemuan mayat dan bangkai kapal, ia menyebut mustahil. Menurutnya tanaman ini ada di banyak sudut Danau Toba.

Mengenai kemungkinan menyelam dan mencari mayat penumpang atau bangkai kapal, ia juga pesimistis.

''Karena mayat ada di dasar danau yang kedalamannya sekitar 490 meter. Jadi tidak mungkin orang bisa menyelam dan mencari karena batas kedalaman orang bisa menyelam sampai 30 meter saja,'' katanya.

Jadi, ia pesimis mayat yang terletak di dasar danau bisa ditemukan.

Pun demikian dengan bangkai kapal.

Ia menganalogikan danau ini seperti hutan dan tanaman tersebut seperti pohon setinggi 60 meter. ''Begitu truk kalau jatuh ke hutan itu kalau dilihat dari atas kan hilang, tidak bisa terlihat. Cuma ini di dalam air,'' ujarnya.

Kendati demikian, pihak Basarnas tetap berupaya mengangkat bangkai KM Sinar Bangun ini. (trb)

Mungkin Anda juga menyukai