CALEG GOLKAR

Konflik Lahan di Desa Perbangunan, Pospera Asahan Desak Kapolda Sumut Tangkap Aktor Penyerang Petani

Asahan (medanbicara.com)-Pospera Asahan mendesak Kapoldasu, Irjen Polisi Drs RZ Panca Putra SMSi dan Kapolres Asahan AKBP Putu Yudha Prawira Sik MH menangkap semua pelaku kekerasan, dan aktor pelaku penganiayan terhadap petani warga Sei Kepayang, Dusun XIV. Selain itu, mereka juga meminta supaya segera mencopot Kasat Reskrim Polres Asahan, dan Kapolsek Sei Kepayang.

Ketua DPD Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Sumatera Utara, Liston Hutajulu dan Ketua DPC Pospera Kabupaten Asahan, Atong Sigalingging bersama warga Sei Kepayang dalam orasinya, Kamis (20/01/2022) siang, meminta dengan tegas kepada pihak Kepolisian Polres Asahan untuk menangkap semua para aktor pelaku kekerasan, yang terjadi pada hari Minggu dini hari sekitar pukul 01.00 Wib, di lahan sawit warga di Desa Perbangunan.

“Sampai detik ini dari 2 aktor pelaku yang ditangkap oleh Polres Asahan, tidak ada nampak tanda-tanda pengembangan. Apakah Polres Asahan tidak mampu menangkap otak pelaku kekerasan atau memang dibekukan kasus ini,” ungkapnya.

“Lahan ini masih dalam konflik dan tidak ada larangan dari Wahyudi Cs untuk mengusir kami, sementara itu Wahyudi Cs dengan seenaknya menggunakan preman, dan meyerang warga yang sedang berjaga-jaga di lahan tersebut di malam hari untuk mengintimidasi warga,” katanya.

Liston Hatajulu menyampaikan, berbagai laporan telah dibuat masyarakat, akibat perbuatan kelompok Wahyudi Cs dan sudah banyak Laporan (LP) masyarakat yang didampingi Pospera ke Kepolisian Polres Asahan, dan terhitung mulai tahun 2017 ada 1 LP, tahun 2018 ada 3 LP.

Kemudian pada tahun 2020 ada 1 LP dan Dumas. Tahun 2021 ada 2 LP dan terakhir tahun 2022 sudah masuk 1 laporan. Tapi, belum juga diproses. “Dan inilah bentuk salah satu kinerja Polres Asahan yang tidak menjalankan tugas dan fungsinnya sebagai penegak hukum, dan patut kita duga ada keberpihakan sama kelompok Wahyudi Cs,” kata mereka.

Sementara itu salah satu korban, Budi Nainggolan ketika dikonfirmasi wartawan menceritakan, kronologis kejadian penganiayaan terjadi pada 9 Januari 2022.

“Bayangkan Bapak, sepanjang 1 km saya diseret dan dipukul aspak,” kata Budi, sambil menujukkan tengkuk belakangnya dan sampai sekarang masih pening. “1 km saya diseret-seret ditunjangi lagi,” ucap Budi Nainggolan mengulangi.

Korban penganiayaan lainnya, Edison Harianja (70) mengatakan, mereka sangat rapi kerjanya seperti sudah terkordinir. “Perut saya juga ditunjang,” kata Edison Harianja.

Menurut Edison Harianja lagi, kalau dirinya ditendangi seperti bola. “Usia saya sudah 70 tahun, namun mereka melakukan saya seperti bola, bagaimana pemain bola itu menendang keras sebuah bola untuk menggolkan, tapi saya masih bersyukur Tuhan masih melindungi saya kalau tidak mungkin sudah patah patah tulang saya,” kata Edison Harianja mengakhiri.

“Oh ini Si Harianja, target ini,” kata Edison Harianja menirukan omongan dari kelompok yang menganiayanya. “Pokoknya saya sudah target. Pertama diserang Si Rizky, tapi berhasil menyelamatkan diri, lalu saya dicari mereka. Itu si Nainggolan selesaikan kalau perlu bunuh, tusuk saja dia,” sambung Budi Nainggolan menirukan.

Kebetulan, katanya, lampu genset mati, kalau lampu genset hidup mereka sudah mati. “Ada sekitar 40 orang yang melakukan penyerangan,” katanya.

Sekadar dikatahui, penganiayaan terjadi terhadap petani di Desa Perbangunan, Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Minggu (09/01/2022) dini hari lalu. Penganiayaan ini terjadi akibat konflik penguasaan lahan antara petani, dan sudah hampir setengah bulan belum ada titik terang.

Konflik lahan antara Kelompok Tani Mandiri (TM) yang diketui oleh Wahyudi Cs, yang merasa menguasai tanah terusik, akibat masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Koperasi Bangun Tani Sejahtera (KBTS) bertahan di lahan. Bahkan mendirikian tenda-tenda di dalam lahan guna untuk mempertahankan lahan sawit yang sudah lama mereka tanam.(Vin)

Mungkin Anda juga menyukai