CALEG GOLKAR

Kalau Nggak Selamat, Ya Kalau Bisa Jasadnya Bisa Kami Tengok…

Keluarga korban menangisi keluarganya yang belum ditemukan. (afp/bbc)

MEDAN (medanbicara.com)-“Kalau bisa saya bilang, adik saya itu, ya, wallahu a’lam: tidak tahu selamat atau tidak. Itu sudah ujian buat keluarga kami. Tapi saya cuma ingin ketemu adik saya, supaya bisa saya bawa pulang.”

Itulah yang diutarakan Fajar Alamsyah Putra, ketika ditanya soal harapannya tatkala menunggu kabar sang adik, Bagas Prama Ananta, salah satu penumpang KM Sinar Bangun, yang tenggelam Senin (18/6/2018) sore lalu.

Segera setelah mengetahui bahwa adiknya ikut menumpang kapal tenggelam yang berlayar dari Pelabuhan Simanindo, Pulau Samosir, menuju ke Tigaras, Kabupaten Simalungun itu, Fajar beserta anak, istri, ayah dan sepupu-sepupunya, langsung menuju Tigaras.

Ketika diwawancara wartawan BBC News Indonesia lewat sambungan telepon, Selasa (19/6/2018), Fajar mengaku sudah 24 jam menunggu. Namun, kabar yang dinanti tidak kunjung tiba.

“Saya akan menunggu sampai adik saya ketemu. Saya nggak akan pulang,” katanya.

Senin itu, Bagas yang masih menikmati libur lebaran, touring (berjalan-jalan mengendarai) skuter dengan sejumlah temannya.

“Biasanya dia touring sama abang-abang sepupunya. Sekarang ini tidak. Dia cuma minta izin sama orang tua saya. Kalau dia minta izin ke kami, abang-abangnya, pasti dia nggak dikasih izin,” cerita Fajar dengan nada sendu.

Kepastian tentang ikutnya sang adik menumpang Kapal KM Sinar Bangun, didapatkan Fajar dari teman adiknya, salah satu korban yang selamat.

“Adik saya ternyata ada di bagian dalam kapal. (Waktu kapal tenggelam), dia tidak bisa keluar. Kapal dengan cepat mengguling. Kawannya yang ada di bagian atas kapal, selamat, dia sempat melompat dan dapat pertolongan dari kapal feri yang lewat,” tutur Fajar.

Keluarga korban lainnya, Yanti Samsudin, yang mengaku sudah menunggu di pelabuhan sejak pukul dua pagi hari Selasa.

Adik Yanti yang bernama Yudi, beserta istri dan anaknya yang masih berusia dua setengah tahun, ikut menaiki KM Sinar Bangun.

Sama seperti Bagas, keluarga kecil itu sedang menikmati libur lebaran, berwisata ke Pulau Samosir di Toba.

“Terakhir ketemu (Yudi) malam Senin, kumpul ramai-ramai di rumah orang tua, ngerayain lebaran. Tak ada firasat apa-apa waktu itu. Harapannya ditemukan lah (adik saya). kalau nggak selamat, ya kalau bisa jasadnya bisa kami tengok gitu lah,” kata Yanti.

Meskipun sudah menunggu sejak Selasa dini hari, Yanti mengeluhkan sedikitnya informasi yang diperolehnya dari pihak berwenang terkait upaya penyelamatan adiknya.

“Ya udah, nggak ada apa-apa dari pagi, seharian ini. Nggak dibilang apa-apa, disuruh menunggu saja.”

Namun, Kepala BPBD Sumatera Utara, Riadil Lubis, menegaskan minimnya informasi yang disampaikan kepada keluarga korban, karena hingga Selasa sore, belum ada lagi korban yang ditemukan.

“Kita coba semaksimal mungkin melayani masyarakat, terutama keluarga korban. sejak tadi pagi kami sudah buka posko informasi. Tadi sudah ramai masyarakat berbondong-bondong lihat papan informasi, termasuk daftar korban selamat dan yang meninggal, serta korban yang hilang,” kata Riadil kepada BBC News Indonesia.

Dia menambahkah, saat ini telah ada dua posko informasi di dua pelabuhan tempat KM Sinar Bangun berangkat dan berlabuh, yaitu di Pelabuhan Tigaras dan di Pelabuhan Simanindo.

Riadil menuturkan sulitnya menemukan korban dan kapal, salah satunya karena kondisi geografis Danau Toba.

“Danau ini lokasinya di ketinggian 1.500 meter. Dalamnya juga mencapai 900 meter. Selain itu danau sangat luas,” katanya.

“Pencarian akan terus kami lakukan, bahkan sampai malam kalau cuaca memungkinkan. Kita juga minta lima kabupaten/kota untuk menyisir semua pantai Danau Toba, mungkin saja ada korban yang terombang-ambing atau terdampar,” pungkasnya. (bbc)

Mungkin Anda juga menyukai