Kapolda Sumut Terkejut Didatangi Massa Pospera
MEDAN (medanbicara.com) – Kapoda Sumut, Irjen Budi Winarso terkejut saat sejumlah anggota Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Sumut didampingi anggota DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan mencegat jenderal bintang dua itu ketika melaksanakan Sholat Jum’at di Masjid Al-Hidayah Polda Sumut, Jum’at (9/9).
“Rabu depan saja kita ketemu ya. Saya akan panggil penyidiknya langsung untuk mengetahui duduk perkaranya,” kata Budi Winarso kepada massa Pospera.
Menurutnya, saat ini sudah ada dua tersangka dalam kasus tersebut.
“Sudah ada dua tersangka, tetapi saya juga belum tau perkembangannya, saya akan panggil semua orang yang berkaitan dengan itu,” tutupnya sembari meninggalkan massa Pospera.
Penasehat Pospera Sumut, Sutrisno Pangaribuan mengatakan, kedatangannya bersama anggota Pospera ke Polda Sumut untuk menanyakan perkembangan kasus penyidikan kematian Andi Pangaribuan yang dianggap terlalu lamban perkembangannya.
“Laporan kita mengenai kasus ini sudah hampir satu tahun. Tapi sampai sekarang ini belum menemui titik terang,” katanya.
Politisi PDI Perjuangan ini mengaku, bingung melihat kinerja pihak kepolisian. Pasalnya, saat Direktorat Kriminal Umum Polda Sumut menetapkan dua oknum Polres Tobasa menjadi tersangka, namun Propam Polda Sumut menyatakan justru tidak menemukan adanya kesalahan yang dilakukan keduanya.
Sementara Ketua DPD Pospera Sumut, Liston Hutajulu menegaskan, akan tetap
mengawal kasus ini hingga tahap akhir, yakni sampai pengadilan memutus perkara tersebut. Dia juga berharap penyidik tidak tebang pilih dalam mengawal kasus hukum.
“Kalau masyarakat kecil yang jadi tersangka langsung ditahan sedangkan
penegak hukum yang sudah menghilangkan nyawa tak kunjung ditahan,” ujarnya.
Sementara, abang kandung Andi Pangaribuan, Benny Pangaribuan,
menyatakan, hingga kematian adiknya, polisi tidak dapat menunjukkan ganja yang dimaksud sebagaimana tuduhan polisi. Padahal sebelumnya polisi menuding Andi membawa paket ganja.
"Adik saya sudah meninggal, ganja yang dimaksudkan itu tidak kunjung ditemukan," katanya.
Bahkan yang paling menyedihkan, kedua tersangka dalam rekonstruksi beberapa waktu lalu itu hanya menyebut dari tersangka hanya menemukan selembar kertas.
"Banyak keganjilan, selain bukti yang tidak ada (ganja), korban juga mengalami luka memar, luka lebam, mulutnya
mengeluarkan darah dan luka tusuk di di bagian lehernya (korban),” ujarnya.
Benni kemudian, menyesalkan adanya kekerasan yang dilakukan oknum Polisi
tersebut. Menurutnya, adiknya itu selama ini tidak pernah berurusan dengan narkoba. Sehingga sangat heran bila polisi menuduhnya menjadi bandar ganja hanya karena untuk memenuhi target tangkapan.
"Ini tidak benar, demi memenuhi target tangkapan orang yang tidak bersalah sekalipun dijebak agar ada tangkapan. Mungkin karena kami berasal dari perkampungan, makanya Polisi di sana bertindak seenaknya saja," sebutnya.
Apalagi, sambung Benni, beberapa saat sebelum tewas, polisi tidak mengizinkan pihak keluarga mengunjunginya.
"Ternyata, maksud dari pelarangan untuk menjenguk itu adalah agar korban tidak bercerita apa yang terjadi pada keluarganya sebelum meninggal. Ini benar-benar keji," ungkapnya. (emzu)