CALEG GOLKAR

Miris! 4 Bocah Tewas Seberangi Sungai Usai Pulang Sekolah, Ini Langkah Bupati Nias Selatan…

Empat bocah di Nias Selatan tewas terseret arus sungai saat pulang sekolah. (Dokumentasi Polres Nias Selatan)

NISEL (medanbicara.com)- Empat bocah di Nias Selatan tewas saat menyeberangi sungai sepulang dari sekolah. Lantas, apa langkah Bupati Nias Selatan Hilarius Duha untuk mencegah tragedi serupa terulang?

“Camat serta anggota PUPR sedang mempersiapkan jembatan penyeberangan sementara untuk antisipasi agar tidak terulang kembali,” kata Hilarius Duha, saat dihubungi wartawan, Kamis (6/9/2018).

Pihaknya, lanjut Hilarius, sedang menginventarisasi titik sungai mana saja yang sering atau ramai dilewati anak sekolah. Terutama sungai yang rawan banjir.

“Di daerah kami terlalu banyak titik sungai. Terlalu banyak. Ada sungai yang lebarnya mencapai 120 meter, 100 meter, ada juga yang lebarnya kecil-kecil. Untuk itu, kami akan cek lagi tempat-tempat lain karena daerah kami sedang musim hujan. Untuk itu, kami ajukan anggaran ke pusat, setidaknya bikin jembatan gantung dulu saja, untuk lewat orang,” urai dia.

Hilarius juga mengatakan kondisi anak-anak sekolah yang menyeberangi sungai itu memang banyak dialami di daerahnya. Dia menggambarkan tak semua desa memiliki sekolah.

“Misalnya ada 2 desa ya, sekolah itu cuma ada di desa satunya, sehingga anak-anak itu terpaksa menyeberang sungai untuk sekolah ke desa satunya lagi,” jelasnya.

Apakah tak ada orang dewasa yang mendampingi anak-anak sekolah itu saat menyeberang sungai?

“Orang tuanya kan pada ke kebun untuk mencari penghidupan, anaknya berangkat sendiri. Ya udah terbiasa begitu. Kalau yang TKP ini tempat kejadiannya jauh, terpencil di dalam. Mereka sudah terbiasa berangkat sendiri ke sekolah. TKP kejadian itu, lebar sungainya termasuk kecil, 5-6 meter. Tetapi tidak menyangka tiba-tiba terjadi banjir besar dan banyak,” sambungnya.

Saat ditanya apakah anak-anak di Nias Selatan menggunakan alat bantu untuk menyeberangi sungai, seperti ban, rakit, dan tali, Hilarius mengatakan tidak ada alat bantu.

“Tidak ada rakit, karena tidak bisa dipakai, sungainya berbatu-batu, arusnya kencang,” jawabnya.

“Kami sampaikan turut berdukacita. Kami sedang menginventarisir titik-titik mana saja untuk dibangun jembatan. Kami berharap dibantu pusat, karena anggaran kami juga terbatas,” ucap dia mengakhiri percakapan.

Sekadar diketahui, peristiwa yang membuat miris itu terjadi pada Senin (3/9/2018) lalu sekitar pukul 13.00 WIB. Saat itu, 4 siswa SD dan 1 siswa SMP hendak pulang dari sekolah menyeberangi anak Sungai Borofino, Desa Balombaruzo, Gomo, Kabupaten Nias Selatan.

Mereka adalah Kristina Hulu (6), Putri Hulu (5), Viterman Hulu (13), dan Roberton Tavenae (8). Sedangkan seorang siswa SD, Restu Hulu (6), belum sempat menyeberang sungai. Di saat mereka menyeberangi sungai tersebut, tiba-tiba arus sungai yang sangat deras datang dalam sekejap.

“Biasanya sungai yang diseberangi dangkal, namun kemarin saat kejadian itu paginya hujan deras. Jadi tiba-tiba sungainya berarus deras,” tutur Kapolres Nias Selatan, AKBP Faisal Napitupulu saat dimintai konfirmasi, Rabu (5/9/2018).

Kemudian keempat siswa SD-SMP itu, kecuali Restu, terseret arus sungai. Restu pun langsung memberi tahu ibunya, Yumiati Tavenae, bahwa keempat temannya tenggelam hanyut dibawa arus sungai. Kemudian ibunya bersama warga desa mencari keempat anak yang tenggelam tersebut.

“Pencarian dari polres, polsek, koramil dan warga desa setempat,” imbuh Faisal.

Dua siswa, yakni Kristina Hulu (6) dan Putri Hulu (5), ditemukan tak bernyawa pada hari kejadian. Sedangkan 2 lainnya, Viterman Hulu (13) dan Roberton Tavenae (8), hanyut dan dicari hingga ditemukan pada Rabu (5/9) pagi ini sekitar pukul 05.00 WIB dalam kondisi mengambang di sungai.

“Kedua korban di atas ditemukan oleh pemuda Desa Ama Rasta Hulu,” tuturnya.

Keempatnya, imbuh Faisal, disemayamkan bersama dan sudah dimakamkan hari ini juga sekitar pukul 11.00 WIB karena jenazah sudah mulai membusuk.

“Anak-anak di sini memang perjuangannya begitu setiap hari kalau ke sekolah, menyeberangi sungai. Dan di sini banyak sungai, seorang anak bisa melalui 2-3 sungai untuk ke sekolah. Salut saya dengan perjuangan mereka untuk menimba ilmu,” tuturnya.

Dia berharap tak ada lagi anak-anak sekolah yang menjadi korban. Faisal berharap jembatan di atas sungai bisa dibangun dengan memakai dana desa, patungan dana desa dari 2 desa, atau bahkan dibantu pemerintah pusat.
(dtn)

Mungkin Anda juga menyukai