CALEG GOLKAR

Duh! Tahun 2019, Kota Medan Sempat Mengalami Deflasi 0,28%, Akibat Pembuangan Bangkai Babi ke Sungai

High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut di Gedung Bank Indonesia (BI) Sumut Jalan Balai kota Medan, Rabu (15/1).(ist)

MEDAN (medanbicara.com)-Cabai merah merupakan penyumbang dominan terhadap inflasi di Kota Medan. Tahun 2019, inflasi Kota Medan sebesar 2,37 % untuk bulan per bulannya, sedangkan tahun ke tahun sebesar 2,43 %. Meski terjadi inflasi namun Kota Medan juga mengalami deflasi sebesar 0,28 %.
Kondisi ini terjadi akibat virus hog cholera yang menyebabkan ribuan babi mati dan banyak dibuang ke sungai, sehingga mengakibatkan masyarakat enggan mengkonsumsi ikan yang berimbas kurangnya minat masyarakat membeli bumbu dapur, seperti cabai merah, bawang merah dan bawang putih.

Demikian disampaikan Kabag Perekonomian Setdako Medan, M Nasib ketika mewakili Pelaksana tugas (Plt) Walikota Medan Ir Akhyar Nasution usai menghadiri High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut di Gedung Bank Indonesia (BI) Sumut Jalan Balai kota Medan, Rabu (15/1).

Diungkapkan Nasib, Juni 2019, inflasi di Kota Medan sudah mencapai 5,6% dan Sumatera Utara sampai 6,7% namun kemudian mengalami penurunan dan mengalami deflasi sebesar 0,28 %. Penurunan itu, jelasnya, akibat pengaruh banyaknya babi mati yang disebabkan virus hog cholera.

“Sudah itu bangkai babi banyak yang dibuang ke sungai, sehingga membuat masyarakat enggan membeli ikan sehingga harga ikan di pasaran anjlok. Harga ikan gembung yang biasanya dijual Rp30.000-50.000/kg, saat itu tak ada yang mau beli walaupun dijual Rp.10.000/kg,” kata Nasib.

Keengganan masyarakat mengkonsumsi ikan, lanjut Nasib, berimbas dengan menurunnya pembelian bumbu, seperti bawang merah, cabai merah serta bawah putih sehingga menyebabkan terjadinya deflasi.
“Kondisi itu secara akumulasi menyebabkan inflasi di Kota Medan yang sempat mencapai 5,6% akhirnya menjadi stabil hingga dipenghujung Desember 2019,” jelasnya.

Di samping itu, papar Nasib, Pemko Medan dalam upaya mengendalikan inflasi telah melakukan sejumlah langkah, diantaranya menggelar pasar murah di setiap memasuki hari besar keagamaan seperti bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri maupun Natal dan Tahun Baru. Setiap bahan kebutuhan pokok yang dijual di pasar murah telah disubsidi Pemko Medan melalui Dinas Perdagangan Kota Medan sehingga harga jualnya lebih murah dibandingkan harga di pasar.

Kemudian, imbuhnya lagi, Pemko Medan bersama instansi terkait juga rutin melakukan operasi pasar. Dikatakannya, setiap memasuki hari besar keagamaan, operasi pasar dilakukan. Kemudian melakukan pengecekan barang kebutuhan pokok, baik stok maupun pendistribusiannya. Sebagai contoh ungkapnya, Nopember 2019, stok gula putih tinggal 11 ton.

“Hasil temuan ini diteruskan dalam rapat tingkat provinsi. Kemudian dicari siapa yang memproduksi gula, eksportir gula dan importir gula untuk memasok gula dengan bantuan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Akhirnya, gula pasir dipasok sehingga stok gula di Kota Medan aman,” jelasnya.

Di tahun 2020, jelas Nasib, Pemko Medan akan mengadakan alat Controlled Atmosphere Storage (CAS). Menurutnnya, alat ini nantinya bisa menyimpan stok bahan kebutuhan pokok seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih dan cabai rawit sebanyak 60 ton dan tahan selama 60 hari. Dengan alat CAS ini, Nasib optimis, Pemko Medan dapat mengendalikan harga sehingga tingkat inflasi stabil di Kota Medan.

“Saya sudah menyurati Dinas Perdagangan agar tahun 2020 agar membuat kajian tentang alat CAS sekaligus menganggar dana untuk pengadaan alat CAS. Kemungkinan, kajian dan pengadaan alat CAS ini akan dilakukan pada P.APBD 2020.Insya Allah dnegan adanya alat CAS ini, kita dapat mengendalikan inflasi,” ungkapnya optimis.

High Level Meeting TPID Sumut dihadiri langsung Gubsu Edy Rahmayadi, Kepala BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sumut Dinar Butar-butar, Asisten Perekonomian, pembangunan dan Keserjhateraan Setda Provinsu Sumut Arief S Trinugroho, sejumlah bupati serta TPID se-Sumut.

Dalam pertemuan itu, Gubsu mengibaratkan inflasi seperti tensi yang sering naik dan turun. Untuk itu Gubsu mengajak semua agar dapat mengendalikan tingkat inflasi di Sumut.

“Saya ingin kita yang mengendalikan inflasi, bukan inflasi yang mengendalikan kita. Mari kita lakukan secara bertahap tapi pasti, salah satunya dengan mengetahui atau memprediksi inflasi yang akan terjadi di tahun 2020 sehingga dapat dilakukan langkah-langkah antisipatif,” ajak Gubsu.

Sebelumnya, Kepala BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat mengungkapkan, bulan Juli dan Agustus 2019, inflasi di Provinsi Sumut mencapai 6,37%. Kenaikan inflasi ini disebabkan 8 komoditas yakni beras, daging sapi, daging ayam ras, cabai merah, bawang merah, cabai rawit dan bawang putih. Dari 8 komiditas tersebut, cabai merah merupakan penyumbang infklasi tertinggi.

Namun inflasi itu, terang Wiwiek akhirnya menurun menjadi 2,3% hingga desember 2019. Adapun upaya yang dilakukan TPID Sumut dengan melakukan Perinsip 4K yakni bagaimana keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi serta komunikasi efektif. “Untuk tahun 2020, kita memprediksi tingkat inflasi di Sumut berkisar 2,5-3,5%,” paparnya.(rel/kom/H)

Mungkin Anda juga menyukai