CALEG GOLKAR

Kesawan Kota Sejarah dan Objek Wisata, Terwujud Berkat Bobby Nasution

Kesawan adalah kawasan Pecinan yang namanya sempat diabadikan sebagai nama jalan, salah satu jalan tertua di Kota Medan yang sejak 1 Maret 1966 berubah menjadi Jalan Ahmad Yani.

Kesawan pada awalnya merupakan Kampung Melayu. Baru pada 1880 orang China dari Malaka dan langsung dari Negeri China tinggal di kawasan tersebut. Kesawan pun menjadi Pecinan.

Disebut Pecinan karena kawasan ini dihuni oleh warga China. Setidaknya, melansir lib.ui.ac.id, Selasa (16/1/2024), hal ini dijelaskan oleh Betsy Edith Christie dan Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan pada tulisan yang berjudul “Pemukiman Etnis China di Medan Pada Akhir Abad ke-19 Sampai Awal Abad ke-20”.

Penghuni kawasan ini sebagian besar adalah kuli China yang semula bekerja di Pekan Labuhan. Saat kontrak kerja habis dan modal sudah terkumpul, mereka pindah ke Kesawan.

Pada 1838-1887, jalan setapak di kawasan tersebut mulai diperkeras dengan batu dan rumah kedai dibangun lebih baik dengan menggunakan bahan papan. Namun, pada 1889 sempat terjadi kebakaran besar yang menghancurkan 67 rumah dan toko dari bahan kayu. Setelah kebakaran tersebut, dilakukan pembangunan dalam tempo cepat untuk menggantikan bangunan yang terbakar dengan bangunan dari bata.

Yang jelas, keberadaan Kesawan sebagai pemukiman China didukung oleh pendirian pasar di sekitarnya, seperti Pajak Ikan Lama atau Oude Markt yang ada sejak 1886. Lalu sekira 1895 hingga 1900 dibangun Rumah Tjong A Fie. Bangunan kolonial seperti N Escompto M’j (sekarang Bank Mandiri), Sumatra Post Printing Works atau Varekamp (sekarang Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata), Restoran Tip Top, Harison and Crosfield (sekarang Gedung PT PP London Sumatra) dan sebagainya pun bermunculan.

Maka pada 1913-1937 Kesawan semakin berkembang pesat dengan munculnya bangunan rumah tinggal dan toko, pemerintahan, perdagangan, dan pusat hiburan. Dan, pada 1938-1962, Kesawan mulai dipenuhi dengan bangunan lebih modern. Hingga pada 1963-1995, Kesawan semakin maju dengan berdirinya berbagai macam kantor pemerintahan atau swasta dan pusat-pusat hiburan.

Pada 2002, Kesawan menjadi pusat makanan. Lalu, dibangunlah pintu gerbang raksasa yang menjadi penanda batas Kesawan. Dan pada 15 Januari 2003, Kesawan Square diresmikan menjadi pusat jajanan tapi hanya bertahan hingga 16 November 2007.

Begitupun, Kesawan adalah kawasan yang menarik, penuh dengan gedung menawan. Apalagi letaknya sangat strategis, benar-benar di tengah kota. Atas dasar itulah Walikota Medan Bobby Nasution, mengubah daerah ini menjadi objek wisata. Berkolaborasi dengan pihak Ciptaker dari kementerian kini kawasan itu menjadi kota yang klasik.

“Pemerintah hanya untuk mengembalikan heritage, manfaatnya untuk masyarakat Kota Medan bukan untuk siapa-siapa,” ujar Bobby, beberapa waktu lalu.

Bobby berkotmitmen menata Kesawan untuk menjadi Kota Tua seperti di DKI Jakarta. Terobosan pertama, pada 4 Maret 2021, dia memerintahkan Satpol PP untuk menertibkan bangunan tak berizin, persis di depan Gedung Warenhuis.

Langkah yang dilakukan menantu Presiden Joko Widodo ini mendapat apresiasi dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK). Saat mengunjungi Kota Medan beberapa waktu lalu, dia pun yakin jika Kota Lama Kesawan dibenahi, maka dapat menandingi Malioboro di Yogyakarta.

RK menyarankan agar penataan yang dilakukan harus diikuti dengan pembenahan lokasi untuk pejalan kaki. Sebab, wisatawan yang datang ke suatu kota butuh disediakan lokasi untuk berjalan kaki sambil menikmati keindahan kota. “Itu kalau jadi seperti Malioboro,” kata RK saat itu.

Seperti diketahui, Bobby juga ingin mengembalikan kawasan Kota Lama Kesawan sebagai ruang pedestrian. Itu sebabnya revitalisasi yang dilakukan diikuti dengan penataan jalan, arcade, dan pembenahan kabel jaringan.

Hasilnya? Kini, Kesawan telah menjadi objek wisata bagi warga Kota Medan dan warga luar kota. Banyak warga dengan membawa keluarga duduk santai menikmati bangunan bersejarah yang menawan. Tidak itu saja, lampu-lampu jalan dengan model ‘tua’, tempat duduk cantik di tepi jalan, dan trotoar yang lebih lebar adalah daya tarik tersendiri. Bahkan, kaum milineal menjadikan daerah itu menjadi tempat untuk selfie.

Menariknya, bukan hanya warga Kota Medan saja yang ingin duduk santai atau berselfie ria, tetapi warga luar Kota Medan juga datang ke Kesawan yang berada di Kecamatan Medan Barat itu.

Sebut saja Aca, warga Tanah Tinggi Binjai ini jauh-jauh datang dari Kota Rambutan hanya untuk berselfie bersama teman-temannya. “Sudah cantik, dulu kan tidak seperti ini,” kata wanita berumur 22 tahun yang berkulit sawo matang itu, Minggu (14/1) malam.

“Kayak di Jawa sana, Malioboro,” timpal Bima, rekan Aca.

Bima yang juga warga Tanah Tinggi Binjai menekankan kalau bangunan tua di Kesawan adalah daya tarik hingga dia ingin mengabadikannya dari kamera ponsel. “Bangunan-bangunan di sini bangunan Belanda dulu. Jadi, kita selfie di sini seperti di luar negeri,” ucap pria berusia 23 tahun.

Sella, yang juga warga Binjai, mengaku baru kali pertama menginjakkan kaki di Kesawan. Begitu tiba, wanita berumur 23 tahun ini langsung takjub. “Bagus kali tempatnya, tempat duduknya nyaman. Serta view-nya itu enak dipandang. Banyak lampu-lampu, bangunan-bangunan lama,” kata wanita berhijab itu dengan antusias.

Tidak hanya itu, Pantas Siallagan juga memuji pembenahan yang dilakukan Walikota Medan, Bobby Nasution. Menurutnya, dahulu daerah Kesawan dikenal dengan kemacetan, tetapi setelah dilakukan renovasi tidak ada lagi macet bahkan menjadi lebih indah. “Bagus sekali, jelas beda dulu dengan sekarang,” ujar warga Jalan Jamin Ginting ini.

Dengan membawa anaknya yang masih balita, pria berumur 34 tahun ini malah melatih anaknya berjalan di trotoar di kawasan itu. “Sekarang bisa kita bawa anak, bermain, trotoarnya lapang. Lebih berwarna lah dari sebelumnya,” jelasnya.

Dengan begitu, Pantas Siallagan sangat memuji suami Kahiyang Ayu itu selama jadi walikota. Dikatakannya, dengan dibuatnya ‘Malioboro’ Kota Medan ini idealnya ada juga pedagang kaki lima. “Tidak usah setiap hari. Sabtu dan Minggu saja, jadi lebih ada daya tarik untuk warga luar Kota Medan,” pintanya.

Hal senada juga dikatakan Maradu Naipos-pos. Pria asal Toba yang berusia 34 tahun ini mengaku Medan terasa lebih hidup. “Saya bangga Kota Medan seindah sekarang ini,” katanya didampingi istri dan anaknya.

Rifki yang sedang asyik berjalan kaki bersama keluarganya pun mengaku lokasi Kesawan sudah sangat bagus. “Kalau sudah cantik seperti ini, kebersihan harus dijaga. Dan, harus disediakan juga tempat sampah di sini,” kata pria berusia 45 tahun ini.

Juru parkir, Zulkifli, yang berada di Kesawan pun tidak ketinggalan. Dia mengaku sangat puas dengan perubahan yang ada. “Tempat parkirnya maunya ditambah. Karena kalau sudah malam libur, tidak muat lagi tempat parkir di sini,” harap warga Klambir Lima ini. (#)

Mungkin Anda juga menyukai