Fachri, Perenang Jago si Anak Medan
MEDAN (medanbicara.com) – Kurun dua tahun terakhir ini nama Muhammad Fachri Tanjung tidak setenar saat ini. Bahkan tidak ada yang mengenal perenang kelahiran Medan, 7 Desember 1998 tersebut.
Namun siapa sangka, anak pertama dari dua bersaudara pasangan Syafrizal Tanjung dan Farida Pohan SH ini meroket usai merebut medali emas Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2015 di Bandung, Jawa Barat (Jabar), sepekan lalu.
Meskipun even setingkat pelajar, namun medali emas di nomor gaya dada 50 meter putra itu diraihnya dengan catatan waktu 29.05 detik atau rekor terbaik ketiga di seluruh Indonesia. Wow!
Kesuksesan Fachri tentu menjadi harapan baru buat Sumatera Utara (Sumut) di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jabar, tahun depan nanti. Apalagi ia sudah selangkah pasti lolos di even nasioanl 4 tahunan itu karena namanya sudah masuk peringkat 3 entry by name PON 2016 cabor Renang, meskipun masih akan turun lagi di Porwil akhir 2015 ini.
Namun prestasi yang diraihnya itu terusik karena perenang dengan postur 175 cm dan berat 70 kg itu disebut atlet asal DKI Jakarta. Bahkan muncul stigma kalau Sumut mencaplok atlet luar yang bukan binaannya.
"Aku ini asli anak Medan, lahir dan sekolah di Medan," tegas Fachri saat ditemui di rumah yang menjadi tempat usaha orangtuanya, Bamboo Gym Jalan Denai No. 229 Medan, Sabtu (19/9).
Dibeberkan Fachri, sejak mengenal olahraga renang dirinya efektif berlatih di Ampibi Swimming Club, Unimed. Setahun kemudian berlatih di Kolam Selayang bersama pelatih asing dari Rusia yang kala itu menangani atlet Sumut untuk PON Riau 2012.
"Pada akhir 2012 aku berangkat ke Jakarta dan latihan secara pribadi dengan biaya sendiri di Millenium Aquatik binaan Albert Felix Sutanto, mantan atlet renang Indonesia," kenang pelajar kelas 2 SMA Nurul Islam Indonesia (NII) Medan ini.
Saat di klub barunya itu, Fachri bahkan diajak berlatih sama dengan atlet-atlet pelatnas, karena pelatihnya menilai bakatnya luar biasa.
"Tidak sembarangan bisa bergabung latihan di situ, aku bayar Rp 1 juta setiap bulan," bebernya.
Dua tahun berlatih di Jakarta dibiayai uwaknya, Mariana Pohan, nama Fachri masih belum terpantau Sumut apalagi ia masih bermain di Kelompok Umur 1 (under 17). Tapi rutinnya Fachri ikut kejuaraan renang di jakarta berimbas timbulnya stigma kalau Fachri atlet binaan DKI Jakarta.
Meskipun namanya masuk peringkat 2 nasional KU-1 database PRSI, Sumut masih memintanya pulang seleksi Popnas 2013. Fachri tetap datang seleksi dan balik lagi ke Jakarta dengan ongkos sendiri. Catatan Fachri melewati limit yang ditentukan. Namun ia memutuskan tidak berangkat karena masih dituding atlet DKI Jakarta.
"Saya konsentrasi latihan terus di Jakarta, sampai Pra PON Remaja di Surabaya November 2014 dengan biaya sendiri dan hasilnya medali perak dan lolos ke PON Remaja," tambahnya.
Desember 2014, dengan masih persiapan sendiri, Fachri turun di PON Remaja dengan hasil 3 perunggu. Hasil itu dinilai luar biasa karena Sumut yang memberangkatkan 6 atlet di luar dirinya namun semuanya gagal.
"Saya berlatih dengan biaya sendiri tapi bisa memberi perunggu," tegasnya.
Lantas Januari 2015 ia pulang dan berlatih di Sumut bersama klub baru Wahoo Swiming Club, binaan Bryan Howard bernama mantan perenang nasional yang pernah latihan di Millenium Aquatik Jakarta. Hasilnya semakin paten, Kejurnas Renang di Solo, Jateng pada Agustus 2015 Fachri berhasil merebut 1 set medali yakni emas, perak dan perunggu.
Seusai kejurnas, sebulan kemudian Fachri mencatatkan prestasi lagi dengan merebut 1 medali emas dan 2 perak. Bahkan raihan emas diperoleh dengan catatan terbaik (29.05 detik) mengalahkan catatan waktu Indra Gunawan (29.30 detik/perenang Sumut yang pindah ke Jatim untuk PON 2016) di Kejurnas Solo 2015 itu.
"Begitupun saya mengucapkan terima kasih khususnya kepada KONI dan Dispora yang memercayakan saya membela Sumut di even tingkat nasional. Saya juga berharap ada perhatian lebih dari pihak yang terkait karena sampai detik ini satu kolor renang pun belum ada bantuan yang diberikan," tandasnya. (emzu)