CALEG GOLKAR

Simalungun Dipastikan Belum KLB Cacing Pita

Dinas Kesehatan Sumut memastikan Simalungun belum KLB kasus cacing pita jenis taenia/ilustrasi cacing pita/ net

MEDAN (medanbicara.com)-Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Sumut) Agustama menegaskan, hingga kini pihaknya belum memastikan kasus cacing pita jenis Taenia yang ditemukan oleh tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK UISU) dari tubuh manusia, di desa Nagori Dolok Kecamatan Silau Kahaean, Kabupaten Simalungun, sebagai Kondisi Luar Biasa (KLB).

Selain itu, Agustama juga menyatakan, jika pihaknya saat ini juga belum bisa menganggap daerah itu endemik, meski  telah ada ditemukan cacing pita sepanjang 10,5 meter.

“Itukan masih hasil penelitian dr Umar Zein. Hasil resumenya juga belum ada, jadi belum bisa dipublikasi kali,” ungkapnya kepada wartawan, Jumat (3/11).

Agustama mengaku, jika pihaknya sejauh ini masih menunggu tindak lanjut dari Dinas Kesehatan Simalungun. Karena, Dinas Kesehatan Simalungun juga belum ada memberikan pernyataan apapun terkait penemuan itu ke Provinsi.

“Kalau instansi (pemerintah) yang meneliti, baru boleh dinyatakan endemik, apalagi kalau disebut KLB,” katanya.

Namun, dijelaskan Agustama, memang sah-sah saja jika tim peneliti FK UISU menilai bahwa penemuan itu sebagai endemik cacing pita. Hanya saja imbuh Agustama, yang lebih berhak menilainya seperti apa adalah Dinas Kesehatan Simalungun.

“Jadi Dinas Kesehatan Simalungun lah yang menindaklanjutinya bagaimana. Kalau minta bantu, kita bantu. Tapi kalau tidak, kita sebagai pembina dan pengawas saja,” ungkapnya.

Dikatakannya, memang pada saat tim peneliti FK UISU turun ke desa tersebut, tim dari Dinas Kesehatan juga ikut mendampingi. Hanya saja, Dinas Kesehatan Sumut belum mendapatkan laporan lebih jauh mengenai temuan itu.

Disinggung mengenai tidak tersedianya obat Praziquantel untuk penderita cacing pita di Indonesia, Agustama mengatakan sudah menyatakan prihal itu ke pemerintah pusat. Akan tetapi, tutur Agustama, stoknya memang sedang habis atau tidak tersedia.

“Lagi habis. Kita nggak tahu juga apakah tahun depan sudah pasti ada. Tapi sudah kita mintakan. Tahun depan pengadaan kita,” tandasnya.

Ketua Tim Peneliti FK UISU DR dr Umar Zein, DTM&H sebelumnya mengatakan, timbulnya cacing pita ini, akibat kebiasaan masyarakat setempat yang gemar mengkonsumsi hewan babi dalam keadaan mentah. Sehingga embrio cacing pita yang terdapat dalam daging itu, saat dikonsumsi menempel di usus warga, lalu tumbuh dan berkembang hingga sangat panjang.

Seperti yang diketahui, tim peneliti FK UISU telah kali keduanya berhasil menemukan cacing pita yang disebut-sebut terpanjang di dunia. Pertama, sepanjang 2,86 meter, lalu kemudian 10,5 meter. (Fatimah)

 

Mungkin Anda juga menyukai